Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Optimalisasi Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan untuk Mendukung SDGs di Indonesia"

13 September 2024   05:00 Diperbarui: 13 September 2024   06:30 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prospek teknologi pengolahan sampah menjadi energi terbarukan (dok: pribadi)

"Permasalahan pengelolaan sampah menjadi isu yang krusial di berbagai negara, termasuk Indonesia"

Setiap tahun, Indonesia menghasilkan jutaan ton sampah yang sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 

Penumpukan sampah ini menimbulkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, tanah, udara, dan emisi gas rumah kaca. 

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 30,97 juta ton sampah pada tahun 2023. 

Volume timbunan sampah di Indonesia yang terkelola dan tidak (sumber: Kementrian LHK 2024)
Volume timbunan sampah di Indonesia yang terkelola dan tidak (sumber: Kementrian LHK 2024)

Namun, hingga pertengahan 2024, data ini baru mencakup 280 dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia, sehingga jumlah sampah yang sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. 

Dari jumlah sampah yang tercatat, sekitar 65,24% atau 20,2 juta ton dinyatakan terkelola, sementara 34,76% atau 10,77 juta ton belum dikelola dengan baik.

Sampah yang berstatus terkelola, berdasarkan definisi dalam Peraturan Menteri LHK No. 6/2022, adalah sampah yang telah melalui pengelolaan sistematis dan berkelanjutan. 

Teknologi pengolahan sampah menjadi energi (Waste-to-Energy/WtE) merupakan salah satu solusi inovatif yang menjanjikan dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia, sekaligus menyediakan sumber energi alternatif yang berkelanjutan. 

Dengan jumlah penduduk yang besar dan urbanisasi yang terus meningkat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. 

Volume sampah yang terus bertambah setiap tahunnya menuntut solusi yang efektif dan ramah lingkungan untuk mencegah dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pengelolaan sampah yang efektif dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (dok: pribadi)
Pengelolaan sampah yang efektif dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (dok: pribadi)

Teknologi Waste-to-Energy/WtE tidak hanya menawarkan pengelolaan sampah yang lebih efisien, tetapi juga memberikan peluang untuk menghasilkan energi terbarukan. 

Selain menjadi solusi lingkungan, WtE juga memiliki relevansi yang tinggi dengan upaya mencapai beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

1. Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan 

Teknologi WtE berperan penting dalam mendukung tujuan SDGs 12, yakni memastikan pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. 

Dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan baku energi, WtE mengurangi jumlah sampah yang harus ditimbun di TPA. 

Hal ini berkontribusi terhadap pengurangan limbah yang dihasilkan serta meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya. 

WtE juga mendorong penerapan ekonomi sirkular, di mana sampah dipandang sebagai sumber daya berharga yang dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang berguna.

2. Energi Bersih dan Terjangkau

Salah satu tujuan SDGs 7 adalah memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua. 

Teknologi WtE menghasilkan energi terbarukan dalam bentuk listrik dan panas, yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. 

Di Indonesia, potensi besar untuk memanfaatkan sampah menjadi energi masih belum sepenuhnya tergali. 

Namun, jika teknologi ini diadopsi secara lebih luas, WtE dapat membantu meningkatkan pasokan energi bersih, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk dan menghasilkan volume sampah yang besar.

3. Penanganan Perubahan Iklim

Teknologi WtE juga berperan dalam mendukung SDGs 13, yakni penanganan perubahan iklim. 

Sampah yang dibiarkan membusuk di TPA melepaskan gas metana, yang merupakan salah satu gas rumah kaca paling berbahaya. 

Dengan mengolah sampah menjadi energi, WtE mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan, terutama dari TPA. 

Selain itu, energi yang dihasilkan dari WtE berpotensi menggantikan energi dari sumber bahan bakar fosil, sehingga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon global.

4. Kota dan Permukiman 

Berkelanjutan Teknologi WtE dapat membantu menciptakan kota dan permukiman yang lebih berkelanjutan, sesuai dengan tujuan SDGs 11. 

Pengelolaan sampah yang efektif dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan perkotaan, seperti polusi udara dan masalah kesehatan. 

Dengan memanfaatkan WtE, kota-kota di Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih sehat, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas hidup penduduk kota. 

Teknologi pengolahan sampah menjadi energi menawarkan prospek yang sangat menjanjikan dalam mewujudkan berbagai tujuan SDGs, terutama dalam hal pengelolaan sampah yang berkelanjutan, penyediaan energi bersih, penanganan perubahan iklim, dan pembangunan kota yang inklusif dan berkelanjutan. 

Meski menghadapi tantangan dalam hal biaya investasi dan penerapan teknologi, potensi besar yang ditawarkan oleh WtE tidak dapat diabaikan.

Dengan komitmen pemerintah, keterlibatan sektor swasta, serta partisipasi masyarakat, teknologi ini dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun