Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia pada abad ini. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh manusia, tetapi juga oleh seluruh ekosistem di bumi.
Keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan menjadi dua aspek yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.Â
Kedua hal tersebut berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memenuhi kebutuhan dasar manusia.Â
Oleh karena itu, upaya penanganan perubahan iklim harus dilakukan secara holistik dengan mempertimbangkan keseimbangan antara keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan.
Keanekaragaman hayati, yang mencakup berbagai spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas ekosistem.Â
Keanekaragaman hayati mendukung berbagai layanan ekosistem seperti penyerbukan, pemeliharaan kesuburan tanah, dan pengendalian hama secara alami.Â
Namun, perubahan iklim, yang ditandai oleh peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, dan kejadian cuaca ekstrem, telah mengancam keberlanjutan keanekaragaman hayati.Â
Banyak spesies menghadapi risiko kepunahan, sementara habitat alami mereka terus mengalami degradasi.
Di sisi lain, ketahanan pangan menjadi semakin penting dalam menghadapi perubahan iklim. Ketahanan pangan mengacu pada ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan bagi seluruh populasi.Â
Perubahan iklim memengaruhi produksi pangan dengan cara merusak lahan pertanian, mengubah musim tanam, dan meningkatkan kejadian bencana alam seperti banjir dan kekeringan.Â
Kondisi ini menimbulkan ancaman serius terhadap ketersediaan pangan global, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada sektor pertanian.
Untuk menyeimbangkan antara keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan, diperlukan pendekatan yang terintegrasi. Salah satu langkah penting adalah dengan mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan.Â
Pertanian berkelanjutan berfokus pada penggunaan sumber daya alam secara bijaksana, melindungi keanekaragaman hayati, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.Â
Misalnya, pertanian organik yang menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya dapat melindungi tanah dan keanekaragaman hayati sambil tetap memproduksi pangan yang cukup.
Selain itu, konservasi keanekaragaman hayati harus menjadi prioritas dalam upaya penanganan perubahan iklim. Pendekatan ini meliputi pelestarian habitat alami, restorasi ekosistem yang telah rusak, dan perlindungan spesies yang terancam punah.Â
Konservasi yang efektif juga melibatkan partisipasi masyarakat lokal, yang pengetahuannya tentang keanekaragaman hayati sering kali sangat berharga. Pendekatan berbasis komunitas ini dapat memperkuat upaya konservasi sambil meningkatkan ketahanan pangan lokal.
Kerja sama internasional juga penting dalam menangani perubahan iklim dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan.Â
Negara-negara harus berbagi pengetahuan, teknologi, dan sumber daya untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan beradaptasi dengan kondisi yang terus berubah.Â
Melalui perjanjian internasional seperti Perjanjian Paris, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius, dengan tujuan melindungi keanekaragaman hayati dan memastikan ketahanan pangan global.
Pada akhirnya, penanganan perubahan iklim dalam menyeimbangkan keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan adalah tugas bersama yang membutuhkan komitmen dan tindakan nyata dari seluruh lapisan masyarakat.Â
Melalui pendekatan yang holistik dan kolaboratif, kita dapat menjaga keseimbangan ekosistem bumi sambil memastikan bahwa kebutuhan pangan bagi generasi sekarang dan yang akan datang tetap terjamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H