Lulusan SMK yang memiliki keterampilan teknis dan kejuruan sering kali menghadapi tantangan dalam memasuki pasar kerja karena kurangnya pengalaman praktis atau tidak memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan.
Tingkat pengangguran di Indonesia merupakan isu signifikan yang memerlukan perhatian mendalam.Â
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2024 mencapai 4,82 persen, setara dengan sekitar 7,2 juta orang dari total angkatan kerja nasional.Â
Dengan jumlah penduduk usia kerja mencapai 214 juta orang, sebanyak 149,38 juta orang di antaranya tergolong angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2024 tercatat sebesar 69,80%.Â
Meskipun TPAK menunjukkan keterlibatan aktif dalam angkatan kerja, angka pengangguran yang tinggi tetap menjadi isu utama.
Perbandingan dengan negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan lebih besar dalam hal pengangguran.Â
Menurut data dari International Monetary Fund (IMF) per April 2024, Indonesia berada di posisi teratas dengan tingkat pengangguran mencapai 5,2% di antara negara-negara Asia Tenggara.
Masalah ini mencerminkan ketidakseimbangan antara kebutuhan pasar kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang memenuhi kriteria.
Lulusan SMK menghadapi tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan sarjana.Â
Hal ini mengindikasikan adanya tantangan dalam menjembatani gap antara keterampilan praktis yang dimiliki lulusan SMK dengan persyaratan pasar tenaga kerja yang terus berkembang.
Fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga kerja.Â
Perusahaan sering kali menetapkan persyaratan yang tinggi untuk calon pekerja, termasuk pengalaman kerja yang relevan, yang menyebabkan kesulitan bagi lulusan baru, terutama lulusan SMK, untuk mendapatkan pekerjaan.Â