Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep "SMK Bisa, SMK Hebat": Lulusan SMK Menghasilkan Tingkat Pengangguran Lebih Tinggi dibandingkan Lulusan Sarjana

7 Agustus 2024   00:54 Diperbarui: 7 Agustus 2024   01:00 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lulusan SMK mengalami tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan sarjana (dok: pribadi)


Lulusan SMK yang memiliki keterampilan teknis dan kejuruan sering kali menghadapi tantangan dalam memasuki pasar kerja karena kurangnya pengalaman praktis atau tidak memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan.


Tingkat pengangguran di Indonesia merupakan isu signifikan yang memerlukan perhatian mendalam. 

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2024 mencapai 4,82 persen, setara dengan sekitar 7,2 juta orang dari total angkatan kerja nasional. 

Dengan jumlah penduduk usia kerja mencapai 214 juta orang, sebanyak 149,38 juta orang di antaranya tergolong angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2024 tercatat sebesar 69,80%. 

Meskipun TPAK menunjukkan keterlibatan aktif dalam angkatan kerja, angka pengangguran yang tinggi tetap menjadi isu utama.

Perbandingan dengan negara-negara ASEAN menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan lebih besar dalam hal pengangguran. 

Menurut data dari International Monetary Fund (IMF) per April 2024, Indonesia berada di posisi teratas dengan tingkat pengangguran mencapai 5,2% di antara negara-negara Asia Tenggara.

Masalah ini mencerminkan ketidakseimbangan antara kebutuhan pasar kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang memenuhi kriteria.

Lulusan SMK menghadapi tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan sarjana. 

Hal ini mengindikasikan adanya tantangan dalam menjembatani gap antara keterampilan praktis yang dimiliki lulusan SMK dengan persyaratan pasar tenaga kerja yang terus berkembang.

Fenomena ini dapat dijelaskan melalui teori permintaan dan penawaran dalam pasar tenaga kerja. 

Perusahaan sering kali menetapkan persyaratan yang tinggi untuk calon pekerja, termasuk pengalaman kerja yang relevan, yang menyebabkan kesulitan bagi lulusan baru, terutama lulusan SMK, untuk mendapatkan pekerjaan. 

Selain itu, banyak perusahaan cenderung mencari kandidat dengan pendidikan tinggi yang dianggap lebih siap dan memiliki keterampilan yang lebih baik, meskipun pendidikan tinggi tidak selalu menjamin keterampilan praktis yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu.

Sebaliknya, lulusan SMK yang memiliki keterampilan teknis dan kejuruan sering kali menghadapi tantangan dalam memasuki pasar kerja karena kurangnya pengalaman praktis atau tidak memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan. 

Pandangan umum bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik kualitasnya sering kali mengabaikan potensi lulusan SMK yang mungkin memiliki keterampilan praktis yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Konsep "SMK Hebat, SMK BISA" menjadi penting dalam konteks ini. SMK, sebagai lembaga pendidikan kejuruan, berperan penting dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil yang siap pakai. 

Namun, untuk mewujudkan "SMK Hebat, SMK BISA", diperlukan peningkatan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan peningkatan keterampilan praktis yang sesuai dengan standar pasar.

Dalam menghadapi situasi ini, diperlukan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK dan kebutuhan pasar kerja. 

Perusahaan diharapkan dapat lebih fleksibel dalam persyaratan rekrutmen dan memberikan kesempatan bagi lulusan SMK untuk membuktikan kemampuan mereka.

Perusahaan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi lulusan SMK dan tidak hanya fokus pada pendidikan formal, tetapi juga pada keterampilan dan potensi yang dimiliki. 

Upaya ini akan membantu menurunkan tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK dan mendukung upaya menuju pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan siap bersaing di pasar global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun