Bersua dengan penduduk setempat, saya belajar tentang kehidupan mereka yang diwarnai oleh kebiasaan dan tradisi turun-temurun.Â
Kehidupan gurun yang keras tapi indah tercermin dalam cerita-cerita yang mereka bagikan.
Pemandangan matahari terbenam menjadi puncak petualangan, menciptakan Siluet onta dan piramida melawan latar langit senja memberikan nuansa magis.Â
Kelembutan cahaya senja merayap di antara batu-batu kuno, menciptakan atmosfer magis yang mengisyaratkan seolah-olah saya berada dalam kanvas lukisan kuno yang hidup, menciptakan pemandangan yang tak terlupakan.Â
Saat mengarungi pasir Mesir yang bergelombang di atas punggung onta, saksi bisu piramida-piramida besar yang menjulang tinggi menyambut dengan megahnya. Pemandangan ini memberikan perspektif yang berbeda, melainkan perjalanan spiritual yang membawa saya lebih dekat dengan sejarah dan budaya.Â
Punggung onta menjadi portal waktu yang membawa saya ke masa lalu, menghidupkan kembali kisah-kisah yang terpahat dalam batu-batu kuno.Â
Sebuah petualangan kuno yang meninggalkan jejak tak terhapuskan di hati dan pikiran.
Pada akhirnya, eksplorasi ini bukan hanya tentang melintasi gurun dan jejak sejarah, tetapi juga tentang koneksi pribadi dengan warisan manusia.Â
Di atas punggung onta, saya merasakan getaran kehidupan yang mengalir melalui gurun dan piramida, mengingatkan bahwa petualangan kuno bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan melintasi waktu dan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H