Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kupanggil Ia Air

5 Mei 2023   12:51 Diperbarui: 5 Mei 2023   12:55 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini dipenghujung bulan itu, waktu terasa mulai sirna oleh ocehan sang bidadari. Air langit pun tak menyapa lagi, entah ke mana ia berada. Mungkin sudah bosan mendengar penduduk bumi mengeluh ketika ia datang. 

Memang sudah takdirnya ia tak menyapanya lagi. Menyentuh daun akasia yang tertiup angin rindu dan embun-embun pada kelopak daunnya. 

"Sesekali aku menatap langit".

Baca juga: Teringat Ayah...

Memastikan akan rasa ragu dan rupanya langit masih bersih. Meski rasa gundah mulai membalut hatiku. 

Kemanakah perginya air langit itu? 

Tak lagi tampak memeluk dan membasahi bumi. 

Mungkinkah dia kan kembali? 

Menebarkan aroma basah pada alam raya....

Menyerukan ribuan angan ke angkasa raya? 

Aku rindu.... 

Menatapi langit menangis dan langit menghadiahkan airnya. Meneguk kebahagiaan pada dahaga kerinduan. 

Aku rindu....

Akan air langit yang membasuh tubuhku. Memberi kesan terindah dalam melodi cinta. Air langit ku kembalilah. Tiada kata yang dapat melukiskan bagaimana indahnya ia. 

Tiada makhluk yang begitu sejuk selain dirinya. 

Begitu tenang hingga menghanyutkan ku dalam kesabarannya. Dukaku menjadi dukanya dan resahku menjadi resahnya. Air tiada amarah didalamnya. 

Aku tak ada apanya dibanding dengan dia, angan yang kau pendam selama ini hanyalah debu. 

Bagaimana bila wanita itu ada diposisiku? 

Dia tak akan bertahan sebaik aku, rela menenggelamkan diri dalam lautan harapan, mengejar mata air semu yang selalu kulihat dikelopak mata. 

Sayang.... 

Kau tak pernah melihat orang yang berjuang untukmu, seolah kau tak akan pernah mungkin. Persis kemelaratan diriku yang kering, dalam menunggu curahan kilau bola mata mu.

Seumpama air berwujud batu dan tak mungkin. Genangan air dalam danau tak berdasar, riaknya memberi ketenangan sunyi yang mematikan. Menyembunyikan tentang peristiwa yang telah terlupakan.

Oleh angan yang melambungkan hayalan dalam danau hitam tak berdasar. Gelombang yang telah menyeretnya hingga mengalir. Hidup ini tak lepas dari kehadiran air, darinya kita kan belajar hidup. 

Tanpa air hidup ini seolah akan lenyap, mengalir dari hulu ke hilir dan semesta melayang akan kilauan air. 

Air adalah sumber utama bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan pasti membutuhkannya.

Hiduplah mengalir seperti air yang mengaliri dan menghidupkan hati yang kering kerontang. Dibakar panas oleh masa yang usang, 

Apa gunanya kau menantang apabila ada tembok raksasa dipematang? 

Kau tak kan menang, tapi dengan mengalirkan dirimu tenang memiliki masa depan yang matang. Sudahlah Tuhan pasti menunjukkanmu jalan terang walau dirimu diapit rasa bimbang. 

Apa aku harus menjadi air? 

Sulit digenggam.... 

Mengalir bebas.... 

Namun tetap sesuai arah.... 

Ia bening dan menerawang angan.... 

Namun, jika terkena kotoran sedikit tak terlihat. Ia punya banyak manfaat, tapi kadang terlupakan. 

Lihatlah....

Jikalau ia marah, bencana kan datang menimpa. Jangan hanya bisa mengairi matamu dengan kesedihan. Jangan hanya bisa mengairi mataku dengan harapan. Karena bagiku air bukanlah lambang keterpurukan. 

Air adalah harapan bagi kehidupan. Maka, jangan kau aliri mataku dengan tangis kebahagiaan? Gemericik air pancuran membangunkanku dari tidur dikekeheningan malam.

Tanpa kusadari suara dengkurmu tak lagi terdengar, segeraku berkemas menyusulmu membasuhi muka dan merasakan kesejukan air yang mengalir dipagi hari, lalu menghadap sang ilshmm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun