Menatapi langit menangis dan langit menghadiahkan airnya. Meneguk kebahagiaan pada dahaga kerinduan.Â
Aku rindu....
Akan air langit yang membasuh tubuhku. Memberi kesan terindah dalam melodi cinta. Air langit ku kembalilah. Tiada kata yang dapat melukiskan bagaimana indahnya ia.Â
Tiada makhluk yang begitu sejuk selain dirinya.Â
Begitu tenang hingga menghanyutkan ku dalam kesabarannya. Dukaku menjadi dukanya dan resahku menjadi resahnya. Air tiada amarah didalamnya.Â
Aku tak ada apanya dibanding dengan dia, angan yang kau pendam selama ini hanyalah debu.Â
Bagaimana bila wanita itu ada diposisiku?Â
Dia tak akan bertahan sebaik aku, rela menenggelamkan diri dalam lautan harapan, mengejar mata air semu yang selalu kulihat dikelopak mata.Â
Sayang....Â
Kau tak pernah melihat orang yang berjuang untukmu, seolah kau tak akan pernah mungkin. Persis kemelaratan diriku yang kering, dalam menunggu curahan kilau bola mata mu.
Seumpama air berwujud batu dan tak mungkin. Genangan air dalam danau tak berdasar, riaknya memberi ketenangan sunyi yang mematikan. Menyembunyikan tentang peristiwa yang telah terlupakan.