Setelah penobatan seorang raja, keraton Surakarta mengirimkan misi untuk mendapatkan bunga Widjojo Koesoemo.
Ada dua kelompok spiritual di dalam keraton: Juru suranata, pemimpin ritual keraton dan Reh Pangulon, ulama dari Masjid Agung Surakarta diutus ke lokasi bunga keramat di Pantai Tenggara Pulau Nusakambangan (Brambang).
Penampilan batangnya tegak, menanjak, berbau harum, atau melebar dan bercabang banyak.Â
Batang primer berbentuk terete, panjangnya mencapai 6 m, pipih ke samping, dan berbuku-buku di pangkalnya.Â
Batang sekunder berbentuk pipih, elips-acuminate, hingga 30 cm x 10-12 cm. Pinggiran batang dangkal sampai dalam dan bergelombang.
Bunga dihasilkan dari bagian yang pipih, panjangnya mencapai 30 cm dan lebar 17 cm, aktif di malam hari dan sangat harum. Komponen bau utama dalam aromanya adalah benzil salisilat.Â
Pericarpel berwarna nude, agak miring, dan hijau. Bracteoles pendek dan sempit dengan panjang sekitar 10 mm. Wadah memiliki panjang hingga 20 cm, tebal 1 cm, kecoklatan, dan melengkung.
Tepal luar berbentuk linier, lancip, panjang 8-10 cm, dan berwarna kemerahan hingga kuning.
Bunga Wijayakusuma memiliki keindahan yang sulit dijelaskan bagi pencintanya.
 Tidak sekadar menanam, mereka juga seolah memiliki kedekatan khusus terhadap tanaman golongan kaktus anggrek tersebut.