Sampai memasuki awal tahun 2000- an, kolam pemandian alam Cikoromoy dan pantai Carita masih merupakan tempat refreshing favorit warga seputar kota di kabupaten Pandeglang. Tidak lama setelah itu barulah kemudian mulai ada pengembangan di objek pemandian air panas Cisolong, yang selanjutnya tempat tersebut bisa menjadi alternatif lain untuk dikunjungi.
Seperti pada setiap malam tahun baru tiba misalnya, pusat kota pun sepi karena warganya lebih tertarik menyerbu pantai. Biasanya kalau tidak ke Carita, pilihan lainnya adalah Anyer. Barulah semenjak alun-alun kota direvitalisasi dan terutama pula ketika gelombang tsunami menghantam daratan serambi mekah Aceh tahun 2004, warga pun sepertinya enggan serta mulai bosan ke pantai sehingga tidak sedikit orang yang memilih menghabiskan malam tahun baru di alun-alun.
Sebagai area publik dan secara tradisional alun-alun adalah pusat kegiatan. Dan kini pun beragam pertunjukan mulai dari gelaran seni, olahraga, pasar kaget, tabligh akbar hingga yang lainnya seolah tak pernah bosan untuk tampil di tempat itu.
Alun-alun pun bagaikan sebuah oase kecil yang memberi sedikit penawar rasa haus (hiburan) warga kota Santri.
Sebenarnya, tidak jauh dari alun-alun terdapat sebuah gunung nan eksotis. Bagi sebagian orang, gunung yang jaraknya tidak lebih dari 10 KM dari pusat kota itu memiliki daya tarik tersendiri. Minimnya sarana transportasi yang tersedia, sedikit banyak telah menutup potensi yang dimilikinya. Keindahannya mulai terkuak ke khalayak banyak ketika kampung Cinyurup atau yang dikenal sebagai kampung domba itu tiba-tiba ramai menghiasi layar dunia maya (Medsos).
Cinyurup yang terdapat di salahsatu lereng gunung Karang (1.778 mdpl) itu tiba-tiba mendadak nge-top dan setiap harinya berduyun-duyun orang datang, terlebih pada hari libur ribuan orang rela berjejal ditempat yang tidak begitu besar itu.
Sayang, gaung kampung domba yang dirintis warga peternak itu tidak direspon positif oleh semua elemen. Salahsatunya datang dari Ormas yang mengatasnamakan diri Pencegah maksiat. Mereka menuding kehadiran kampung domba bisa menimbulkan prilaku negatif, sehingga efeknya dikhawatirkan bisa merusak tatanan sosial budaya yang ada. Dalam beberapa kali audensi dengan pihak terkait, mereka berniat akan menutupnya.
Tidak hanya Cinyurup, masih ada banyak spot menarik di gunung Karang. Selain beberapa tempat yang sudah familiyar dikalangan para pecinta dunia mistik dan uka-uka, semisal Sumur 7 pasir angin, Sumur 12 atau Cinangka, situs megalitikum Pahoman, makam/patilasan Kibuyut Jagaraksa, Nyibuyut Rincik Manik dan lainya.
Salahsatu yang pernah jadi favorit (terutama kaum muda) adalah sebuah tempat yang oleh warga sekitar disebut Curugbuang. Terdapat di desa paling ujung (Kadu Engang), Curugbuang sejatinya adalah sebuah curug atau air terjun. Sesuai namanya, curug ini dialiri air hanya pada saat musim penghujan tiba. Tidak jauh dari lokasi curug, terdapat hamparan rumput hijau yang cukup luas (savana).
Padang savana yang diberi nama lapangan Curugbuang ini dikelilingi oleh bukit-bukit, sungguh sebuah karya alam yang menakjubkan. Warga Pandeglang sendiri tidak banyak yang tahu tentang keberadaan Curugbuang ini. Malah keindahannya banyak dikagumi dan dinikmati oleh para pengunjung dari luar, terutama dari berbagai komunitas pengendara motor besar (bikers).
Sekitar 3-4 tahun lalu, intensitas pengunjung cukup lumayan tinggi ke Curugbuang. Tapi lagi-lagi warga masyarakat berfaham fanatik telah "menutup" tempat itu. Mereka takut Curugbuang dijadikan tempat mesum atau perbuatan tidak halal lainnya. Jadi, untuk saat ini jangan bermimpi bisa kesana dengan membawa orang terkasih karena bisa dicurigai yang tidak-tidak.
"Dulu mah rame yang datang ke sana, seperti ke kampung domba aja gitu," kata Ogi (24) warga Pasir Peuteuy. "Sekarang yang bawa pasangan kesana bisa diusir. Tapi kalau grup motor-motor gede masih ada saja yang kesana," terang Ogi.
Pro-kontra tentang keberadaan kampung domba dan Curugbuang sayup-sayup hingga kini masih terdengar. Ada yang menghujat ada juga yang mendukung. Yang pro berpendapat, jika dikelola dengan baik, berkah alam gunung karang bisa membantu menaikan taraf ekononi masyarakat. Bagi yang kontra sudah jelas, menurut pendapat mereka tempat-tempat wisata seperti itu hanya akan banyak menimbulkan dampak mudhorot bagi masyarakat daripada membawa manfaat. (Ciekek-Cikoneng, April 29, 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H