Mohon tunggu...
janardana 05
janardana 05 Mohon Tunggu... -

Good things come to those who wait ~ I still believe it!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dongeng (Gedung) Kura-kura

6 September 2010   12:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda mendengar dongeng kancil kalah dengan kura-kura? Itu salah satu dongeng yang saya dengar sebelum tidur. Dongeng itu membawa kesan mendalam bagi saya karena menghancurkan fanatiisme saya terhadap si kancil yang terkenal cerdik. Kalau anda belum pernah mendengar, dengan senang hati saya tulis cerita ini buat anda.

Konon, setelah berhasil menyeberangkan seekor lembu dengan mengelabui buaya, kancil menari dan menyombongkan diri di sepanjang sungai. Sungai ini jelas bukan sungai ciliwung yang penuh sampah dan bau, karena di sungai ini banyak berdiam kura-kura. Mendengar kesombongan si kancil, raja kura-kura menjadi gatal dan ingin mengerjai kancil. Didatanginya si kancil dengan kepala menjulur tegak untuk menandingi kesombongan kancil.

"Hei hewan sombong, aku telah mendengar sepak terjangmu mengalahkan buaya. Sekarang aku tantang, mampukah kamu mengalahkan aku?" tanya kura-kura dengan pongah.

Si kancil tertawa bergelak.

"Hahahaha...apa yang kamu andalkan untuk mengalahkanku? Otakmu kecil dan bodoh. Tubuhmu lemah. Gerakanmu lambat tidak secepat lariku. Hanya batokmu saja yang keras bagai batu."

"Boleh kau ejek aku. Tapi aku menantangmu lomba adu cepat."

"Adu cepat? Apa kamu tidak sedang bermimpi, kawan? Hahahaha."

"Tidak usah terlalu banyak bicara. Jawab saja, berani atau tidak?"

Mendengar kenekadan kura-kura, kancil jadi bingung. Baru kali ini ia memeras otak dan tidak habis pikir, apa yang diandalkan kura-kura hingga berani menantangnya adu cepat.

"Berani atau tidak?" bentak kura-kura.

"Baik! Kapan kita mulai. Sekarang, besok, atau lusa sama saja. Kamu tidak akan dapat mengalahkanku!" jawab kancil pongah.

"Hahaha. Itu baru cerdik," kata kura-kura," kamu lihat pohon beringin itu. Disini adalah titik kita mulai, dan di pohon itulah titik akhir. Jaraknya tidak jauh, hanya kurang lebih 3 kilometer. Besok pagi jam lima aku tunggu disini. Selamat bertanding."

"Tunggu dulu!" potong kancil,"bagaimana aturannya?"

"Karena adu cepat, supaya adil kamu lewat darat dan aku lewat air."

"Kalau begitu aku tidak dapat melihat musuhku?"

"Gampang saja. Tinggal kamu teriak ‘kura-kura bodoh', maka aku akan menjawab ‘ya'. Jadi kamu tahu sampai dimana musuhmu ini."

"Hmmm...boleh juga," jawab kancil," oke, sampai ketemu besok."

Kancil berlari masuk ke hutan untuk mencuri timun sambil berdendang riang. Dalam hati ia mentertawakan kura-kura.Aku belum pernah melihat kura-kura berenang secepat ikan nila, batinnya.

Di lain tempat, kura-kura merenung berpikir keras bagaimana mengalahkan si kancil. Tepi sungai itu banyak ditumbuhi ganggang yang akan menghalanginya berenang dengan cepat. Secepat apapun ia berusaha, ia yakin tidak mampu mengalahkan kancil. Tiba-tiba terbersit ide di kepalanya melihat ganggang-ganggang di tepi sungai. Ah, bodohnya aku, batinnya. Ganggang itu bukan penghalang, justru benda itulah yang akan membantuku mengalahkan kancil! Segera ia pergi menemui teman-temannya untuk menyampaikan idenya mengalahkan kancil.

Tiga puluh kura-kura telah dikumpulkannya. Singkat cerita, semua sepakat untuk mengalahkan kancil. Mereka membagi tugas. Sebelum besok jam lima pagi, 1 kura-kura sudah harus menempati posisinya, yaitu berdiam di bawah ganggang berjarak masing-masing 100 meter dari kura-kura di belakangnya. Kura-kura paling belakang adalah sang penantang. Jika kancil berteriak ‘kura-kura bodoh', maka kura-kura yang posisinya di depan si kancil harus memunculkan kepalanya dari air dan menjawab "ya".

Tibalah waktu pertandingan. Kancil penuh semangat mendatangi titik mulai. Kura-kura sudah menenggelamkan sebagian tubuhnya di air.

"Mari kita hitung sama-sama," kata kancil.

Kedua hewan itu kemudian berhitung,"satu......dua......tiga!"

Kancil lari seperti dikejar pak tani.

Dua ratus meter lebih kancil sudah berlari. Ia merasa pasti menang karena tidak ada tanda-tanda gerakan di air sebelahnya.

"Kura-kura bodoh!"

"Ya" terdengar jawaban di depannya. Satu kepala kura-kura menyembul keluar dari air.

Kancil terkejut bukan main. Segera ia mempercepat larinya seperti di kejar anjing pak tani. Sudah 1 kilometer lebih ia berlari, kembali ia berteriak,"kura-kura bodoh."

"Ya!

Kembali terdengar jawaban di depannya. Satu kepala kura-kura menyembul keluar dari air. Knacil benar-benar tidak habis pikir. Ia bertekad untuk berlari sekencang-kencangnya dan tidak perlu tengak-tengok lagi. Namun betapa kecewanya dia ketika jarak pandangnya sampai ke pohon beringin. Seekor kura-kura sedang enak-enak berjemur di bawah pohon beringin! Tanpa menyelesaikan pertandingannya, kancil berlari masuk ke hutan!

Itulah cerita kura-kura. Bagi saya, kura-kura dalam cerita diatas kesombongan dan kelicikannya melebihi kancil. Menghalalkan segala cara untuk menang. Dalam kesehariannya gerakan kura-kura sangat lambat dan bersifat pengecut. Kura-kura adalah hewan yang senang bersembunyi di balik kekerasan batoknya ketika mendapat masalah.

Saya tidak mengerti mengapa gedung DPR sekarang mengambil bentuk kura-kura. Mungkin itu sebuah peringatan agar penghuninya tidak seperti kura-kura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun