"Hahaha. Itu baru cerdik," kata kura-kura," kamu lihat pohon beringin itu. Disini adalah titik kita mulai, dan di pohon itulah titik akhir. Jaraknya tidak jauh, hanya kurang lebih 3 kilometer. Besok pagi jam lima aku tunggu disini. Selamat bertanding."
"Tunggu dulu!" potong kancil,"bagaimana aturannya?"
"Karena adu cepat, supaya adil kamu lewat darat dan aku lewat air."
"Kalau begitu aku tidak dapat melihat musuhku?"
"Gampang saja. Tinggal kamu teriak ‘kura-kura bodoh', maka aku akan menjawab ‘ya'. Jadi kamu tahu sampai dimana musuhmu ini."
"Hmmm...boleh juga," jawab kancil," oke, sampai ketemu besok."
Kancil berlari masuk ke hutan untuk mencuri timun sambil berdendang riang. Dalam hati ia mentertawakan kura-kura.Aku belum pernah melihat kura-kura berenang secepat ikan nila, batinnya.
Di lain tempat, kura-kura merenung berpikir keras bagaimana mengalahkan si kancil. Tepi sungai itu banyak ditumbuhi ganggang yang akan menghalanginya berenang dengan cepat. Secepat apapun ia berusaha, ia yakin tidak mampu mengalahkan kancil. Tiba-tiba terbersit ide di kepalanya melihat ganggang-ganggang di tepi sungai. Ah, bodohnya aku, batinnya. Ganggang itu bukan penghalang, justru benda itulah yang akan membantuku mengalahkan kancil! Segera ia pergi menemui teman-temannya untuk menyampaikan idenya mengalahkan kancil.
Tiga puluh kura-kura telah dikumpulkannya. Singkat cerita, semua sepakat untuk mengalahkan kancil. Mereka membagi tugas. Sebelum besok jam lima pagi, 1 kura-kura sudah harus menempati posisinya, yaitu berdiam di bawah ganggang berjarak masing-masing 100 meter dari kura-kura di belakangnya. Kura-kura paling belakang adalah sang penantang. Jika kancil berteriak ‘kura-kura bodoh', maka kura-kura yang posisinya di depan si kancil harus memunculkan kepalanya dari air dan menjawab "ya".
Tibalah waktu pertandingan. Kancil penuh semangat mendatangi titik mulai. Kura-kura sudah menenggelamkan sebagian tubuhnya di air.
"Mari kita hitung sama-sama," kata kancil.