Sedangkan permintaan pertemanan dari seseorang yang tidak anda kenal sebelumnya melalui medsos, biasanya penipu menggunakan foto profil lawan jenis dengan kita, maka jika kita menerim permintaan pertemanan tersebut, selanjutnya penipu akan mulai membangun hubungan emosi dengan kita. Penipu akan menampilkan dirinya penuh perhatian dengan kita. Penipu akan menciptakan jebakan hubungan romantis onlin dan janji asmara hingga akhirnya tidak sadar kita akan dengan tulus ikhlas dan rela mengikuti apapun permintaan dia. Termasuk dengan mudahnya kita mengeluarkan uang atau mentransfer uang kepada penipu akibat rayuannya.
Sejalan dengan semakin majunya internet dan maraknya hubungan pertemanan secara digital online, maka penipuan model pig butchering ini akan semakin banyak ragamnya.
Rasanya semakin sulit kita mengantisipasi kemunculan para penipu yang semakin hari semakin kreatif membuat bentuk-bentuk penipuan atau scam baru.
Oleh karena itu, penting bagi kia untuk selalu hati-hati dalam menggunakan medsos. Jangan mudah tergoda bujuk rayu orang. Seberapapun manisnya bujukan itu. Selalu gunakan logika akal sehat dalam mempertimbangkan segala hal. Karena jika itu terjadi, bisa jadi para penipu sebenarnya sedang “memelihara” dan “menggemukkan” kita yang selanjutnya kita akan “disembelihnya” alias ditipunya.
***
BACA JUGA:
Enaknya Jadi Digital Nomad
Pilih HDD atau SSD?
Tagar #Desperate: Jangan Obral Putus Asamu di LinkedIn
Wasit Dibayar!
Sering Ngomongin AI Alias Akal Imitasi, Yakin Sudah Paham?
Mana Lebih Penting, Makna atau Bahasa?
Paylater, Kemudahan atau Ancaman?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H