Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Dokter Terawan Tenang-Tenang Saja, Ada Apa?

11 April 2022   08:49 Diperbarui: 11 April 2022   08:58 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingar bingar seputaran dr. Terawan hingga hari ini masih terus bergaung. Politisi silih berganti menyuarakan posisi berseberangan dengan keputusan yang diambil oleh IDI. 

Para crazy rich yang menjadi pasien dr. Terawan menyampaikan testimoni betapa DSA yang dilakukan oleh dr. Terawan sudah menyelamatkan nyawa mereka - anda tahu berapa harga nyawa crazy rich?. Taksiran saya sekitar separuh dari harta mereka. Kalau hartanya 20 T maka nyawanya berharga 10 T. Kendati sebetulnya nyawa siapapun dia tidak ternilai harganya.

Dan masih banyak lagi orang-orang yang datang dari beragam profesi dan latar belakang mendukung dan menyemangati dr. Terawan agar tetap tegar dan jangan patah semangat. Yang jika ditulis akan menjadi litani kesombongan dan kehebatan.

Tetapi yang aneh adalah dr. Terawan seperti ditelan bumi, menutup rapat-rapat mulutnya dari media massa yang datang untuk mendapatkan tanggapan darinya.

Mengapa koq dr. Terawan diam saja?, apakah beliau melakukan puasa bicara sebagai silih menuju peringatan hari raya Paskah yang sebentar lagi dirayakan oleh umat kristiani?, karena beliau mengimani Yesus sebagai Sang Juruselamat.

Entahlah, kita hanya bisa menebak-nebak saja.

Ada baiknya kita mengenal lebih dekat siapa sebenarnya sosok dr. Terawan ini.

dr. Terawan lahir tanggal 5 agustus 1964, di Sitisewu sebuah kawasan di Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta. Ia menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Tarakanita Bumijo, Yogyakarta. Melanjutkan ke SMP Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

Mengambil kuliah kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada lalu melanjutkan S2 di Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya, dengan spesialisasi radiologi, dan terakhir S3 di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dalam berkarir beliau memutuskan untuk masuk TNI yang pada masa itu masih bernama ABRI - matra darat, dengan pangkat terakhir sebagai Letnan Jenderal TNI. Dan pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi diangkat sebagai menteri kesehatan - walaupun tidak purna tugas.

Dalam berkarir sebagai seorang dokter, beliau berlimpah pasien - dan kitapun tahu kalau pasiennya banyak maka "tabungan"nya pun mestilah banyak, dari laporan kekayaan yang dipublikasikan sebagai pejabat publik, beliau memang termasuk dokter yang kaya.

Itulah sekilas latar belakang dan catatan hidup dr. Terawan.

Gambaran apa yang kita peroleh dari sejarah dr. Terawan ini?

Pertama, ia adalah dokter yang "berhasil" sebagai seorang dokter. Karirnya bagus berlimpah pasien - ini cita-cita setiap dokter yang sudah boleh membuka praktek dokter mandiri. Berlimpah pasien, tidak ada yang bercita-cita nepokin nyamuk nunggu pasien datang.

Kedua, sebagai seorang tentara beliau sudah mencapai tingkat tertinggi yang mungkin bisa dicapai melalui jalur non akademi militer. Seorang Letnan Jendral TNI - artinya bintang 3. Hanya kalah dari kepala staf di matranya.

Ketiga, sebagai seorang akademisi beliau juga sudah mencapai 2 puncak sekaligus, sebagai doktor dan professor. Banyak yang doktor tapi tidak pernah menjadi Professor atau sebaliknya Professor tapi tidak pernah menjadi doktor - dan beliau mendapatkan kedua-duanya.

Keempat, sebagai masyarakat sipil - beliaupun telah mencapai prestasi yang sangat tinggi, diangkat sebagai menteri kesehatan. Hampir sebagian besar orang bercita-cita menjadi menteri, tapi belum tentu bisa, nah beliau sudah pernah berada disana.

Lalu dengan pencapaian yaang begitu spektakuler untuk ukuran seorang manusia, mengapa dr. Terawan memilih diam dan seolah menerima saja keputusan IDI yang memecat dirinya.

Jika saja dr. Terawan memilih untuk melawan keputusan IDI maka dukungan akan banyak mengalir dari segala penjuru Nusantara yang mana bisa membalikkan situasi pesakitan saat ini menjadi pemenang.

Anda masih ingat apa yang dialami oleh Ahok - mantan gubernur DKI, ketika majelis hakim memutuskan ia bersalah dan harus langsung masuk penjara?. Beliau menerimanya dengan lapang dada dan melaksanakan putusan hakim itu - walaupun pendukungnya yang berjumlah tak kalah banyak dengan yang menentangnya menghendaki Ahok untuk melawan dengan melakukan banding. Tapi Ahok menolak.

Dan kita semua tahu, hari ini sebagian besar mereka yang menentangnya sudah dipermalukan oleh Tuhan seperti perkataan Ahok terakhir kali dihadapan majelis hakim. Ada yang dihukum masuk penjara dan macam-macam lainnya.

Sepertinya dr. Terawan juga akan mengambil jalur seperti Ahok, diam membisu dan membiarkan Tuhan yang dipercayanya menjadi hakim atas apa yang diterimanya. Karena keadilan yang dari Tuhan mestilah lebih adil dari manusia.

dr. Terawan sudah selesai dengan dirinya, ia sudah selesai dengan apa yang ingin dicapainya agar tersorot gemerlap dunia, ia lebih memilih melakukan pekerjaannya hingga tidak boleh lagi melakukannya. Ia melakukan dengan riang, seperti dituturkan pasiennya ketika dr. Terawan melakukan tindakan sambil bernyanyi kecil. Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun