Penulis pernah menurunkan artikel dengan judul "Menulislah Sebelum Menulis itu Dilarang", artinya konsistenlah dalam menulis ketika sejak awal Anda memiliki kemampuan untuk menulis. Ibarat mengasah pisau tumpul, semakin sering diasah maka mata pisau tadi akan semakin tajam. Menulis juga seperti itu, semakin sering menulis maka akan semakin mudah dalam menuangkan kata-kata bermakna yang bisa memberikan sebuah inspirasi bagi pembacanya.
Ada ratusan buku panduan yang sudah terbit yang pada intinya menyampaikan bahwa semua orang bisa menulis, karena menulis bukanlah masalah bakat dan potensi bawaan lahir, melainkan masalah latihan, kebiasaan, konsistensi, dan intensitas menulis. Waktu penulis masih kuliah, menulis sudah menjadi sebuah kebiasaan dan selalu konsisten dalam menulis beberapa artikel dengan topik dan persoalan yang benar-benar dikuasai.
Waktu meja hijau, salah seorang dosen yang sudah menyandang gelar S-2 bertanya kepada penulis apakah bersedia untuk mengajarinya menulis ? Waktu itu, yang muncul dibenak penulis adalah apakah seorang dosen bergelar S-2 tidak bisa menulis ? Tak perlu heran kalau dalam kehidupan nyata sehari-hari, banyak kita temui dosen dan tokoh yang sangat lancar dalam memberikan masukan-masukan maupun kritikan dalam bentuk lisan. Ketika diminta untuk menuliskannya menjadi sebuah artikel, kata-kata yang mengalir seperti air tadi tiba-tiba macet dan tak pernah berjalan lancar.
Andaikan si dosen tadi mau belajar dan berlatih secara teratur, pasti akan bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Padahal, seorang sarjana ketika akan menyelesaikan studinya dituntut untuk menulis sebuah skripsi atau tesis.
Banyak hal sebenarnya yang bisa kita lakukan jika ingin menulis, apakah itu menulis cerpen, puisi, biografi, resensi buku, opini atau artikel. Langkah pertamanya adalah, rajin membaca semua jenis buku dan tulisan, mulai dari surat kabar, majalah, internet, artikel, cerpen, dan sebagainya. Karena membaca adalah "guru terhebat" dalam menulis apa pun.
Langkah kedua adalah aktiflah mengikuti pelatihan-pelatihan menulis, training atau seminar jurnalistik yang diselenggarakan kampus, sekolah atau nara sumber lainnya. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, pastilah semangat untuk menulis akan muncul dengan sendirinya. Ketika semangat dan keinginan menulis muncul, maka biasakanlah untuk konsisten dalam menulis. Minimal satu halaman setiap hari, bahkan bisa lebih.
Yang terpenting lagi adalah, jadikan menulis sebagai "hobby" yang sulit untuk ditinggalkan. Karena jika tak mencintai kegiatan menulis, pasti aktivitas ini menjenuhkan, selain memeras pikiran, waktu dan tenaga menulis juga harus memiliki perbendaharaan kata/kalimat yang mudah dicerna pembacanya. Menulis sebuah artikel, jika tidak mempunyai bahan atau acuan yang jelas pasti akan putus di tengah jalan.
Sepandai dan sehebat apa pun seseorang dalam berbicara, kalau tak pernah menuliskannya menjadi sebuah opini atau tulisan, pastilah akan mudah dilupakan oleh orang-orang yang mendengarnya. Penulis pemula pasti pernah mengalami kesulitan dalam menuntaskan sebuah tulisan. Tulisan yang dihasilkan mungkin tidak memberikan pemahaman bagi pembaca, imbasnya adalah tulisan tersebut akan sulit dimuat media massa, apalagi dijadikan buku.
Seperti disampaikan di awal tulisan ini, sebanyak apa pun gelar seseorang, jika tak pernah merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan rasanya kurang lengkap. Tapi yang pasti, memulai menulis dan hasil tulisannya berhasil dipublikasikan akan membuat kita ketagihan untuk menulis lagi dan menulis lagi. Seorang teman saya pernah berkata, memiliki jabatan hebat dan ucapannya dipatuhi oleh para bawahannya adalah sebuah prestasi yang membanggakan. Akan tetapi, akan lebih membanggakan lagi ketika kita sedang memiliki jabatan itu memiliki kebiasaan menulis dan menjadikannya sebuah buku, pastilah suatu saat nama kita akan dikenang.
Itulah sebabnya, menulis bukan masalah posisi dan gelar kesarjanaan yang disandang. Akan tetapi, menulis merupakan masalah daya pikir, keahlian dalam merangkai kata dan mengirimkannya ke media massa untuk diserahkan ke pembaca sekaligus memberikan penilaian. Jadi, menulis harus benar-benar aktif, produktif, dan kreatif dalam menggambarkan gagasan dan ide wacana lewat tulisan.