Masih banyak Pengurus Koperasi yang belum mengetahui rahasia bahwa digitalisasi koperasi dapat menciptakan pendaatan baru (new revenue stream). Karena mindset yang terbangun adalah digitalisasi menghabiskan biaya, mahal dan ribet, anggota banyak yang gaptek dan berbagai alasan lainnya. Â
Sebaliknya koperasi2 yang telah melakukan digitalisasi merasakan bahwa pekerjaan makin efisien, transparan, fraud berkurang dan jumlah anggota terus bertambah...dan ternyata biaya digitalisasi tertutupi dari pendapatan baru bahkan melebihi, yang tercipta dari gotong royong anggota dalam bertransaksi di platform koperasi milik sendiri.
Sini, saya kasih tau...
KASUS
Koperasi Karyawan BUMN ANU (jenis Simpan Pinjam, lagi) sudah berdiri lebih dari 35 tahun beranggotakan sebnayk 600 orang.
Jumlah total karyawan sebetulnya ada 1.000 orang, entah mengapa bertahun-tahun tidak bertambah. Selidik punya selidik ternyata Koperasi tidak menarik pegawai karyawan baru, apalagi tenaga kontrak. Karyawan lama bertahan bahkan hingga pensiun dan jadi Pengurus. Juga tidak ada penawaran menjadi Anggota serta terdengar isu banyak kredit macet yang terkait dengan Perbankan. Sebagian memilih keluar sebagai anggota dan menarik simpanan.
Masalah muncul ketika Anggota koperasi yang awalnya potong gaji lewat koperasi, sekarang dipotong langsung oleh Bank. Anggota protes ke Pengurus dan Pengurus protes ke bank. Berputar-putar sudah lebih 3 tahun tidak selesai bahkan sudah me pulakminta ditengahi oleh Pimpinan instansi, bahkan nyaris ke Pengadilan. Seperti  tidak ada jalan keluar.Koperasi mulai melemah dan nampaknya akan berhenti beroperasi.
Sudah sejak 2 tahun ada penawaran mendigitalisasi koperasi dari sebuah perusahaan (PT) platform  digital koperasi . Pengurus memahami pentingnya digitalisasi dan berencana melaksanakannya dalam waktu dekat. Namun berdasarkan hasil RAT Pengurus  memutuskan membangun sendiri dengan alasan mampu dan tersedia biaya anggaran/investasi meskipun jumlahnya cukup besar. Koperasi membeli komputer, laptop, printer, sewa cloud server serta merekrut 1 orang SDM/Programmer.
Ternyata Programmer (yang belum memahami usaha  dan proses bisnis koperasi) butuh waktu 6 bulan memahami proses bisnis dan menyiapkan requirement. Pengurus yang sudah ingin digitalisasi mendesak terus, namun setahun berjalan pengembangan aplikasi tidak berjalan dan Programmer mengundurkan diri. Proyek bikin aplikasi sendiri ini menghabiskan biaya puluhan bahkan ratusan juta.
Ketika terjadi pergantian Pengurus, belajar dari kasus bikin aplikasi sendiri, Pengurus baru memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan penyedia plaform Koperasi, yang qualified , telah terdaftar di Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kominfo dan memiliki lisensi ISO 27001. Data anggota koperasi aman terlindungi. Karena aplikasi digital koperasi sudah harus sekelas dengan Bank. Jangan sembarangan. Penggunaan platform kemitraan  dianggap lebih efisien biaya dan waktu.  Namun , terkendala lagi karena anggaran sudah habis alias tidak tersedia.Pengurus rapat lagi.
Karena koperasi sudah saatnya  modern, maka untuk membiayai digitalisasi dilakukan pengaturan/relokasi dan efisiensi  biaya operasional, di antaranya menggunakan anggaran biaya pelatihan, sewa cloud server (masih tersedia), efisiensi biaya ATK (Alat Tulis Kantor) yang menghemat biaya sekitar Rp 2.000.000/bulan. Bandingkan membayar gaji Programmer Rp 4.000.000/bulan belum lagi pembelian perangkat, yang konon dijadikan proyek.Â
Berapa biaya bulanan sewa aplikasi dari perusahaan penyedia aplikasi? Â Katakan Rp 2.000.000/bulan.
Menurut Ketua, kendala biaya digitalisasi perlu diuji dengan pertanyaan : apakah selain efisiensi, transparansi dengan biaya  digitalisasi yang Rp 2.000.000 /bulan tsb dapat menciptakan pendapatan baru.?
Ini yang namanya mindset pendapatan, bukan semata berpikir pengeluaran biaya
Berapa umurnya pak Ketua ini ?....masih muda rupanya, heheh...
Mari kita cermati ilustrasi hitungan pak Ketua dan Tim-nya berikut ini.
ILUSTRASI:
- Pendapatan/margin penjualan produk/layanan digital seperti token listrik, pulsa, bayar BPJS, PDAM dll Koperasi memperoleh margin keuntungan rata2 sebesar Rp 3.000 (semua produk).
- Jika seluruh Anggota Koperasi mengunakan/membeli produk digital dari aplikasi m-koperasi, maka diperoleh pendapatan bersih 600 orang x Rp 3.000 x 3 transaksi = Rp 5.400.000/bulan
- Jika Anggota koperasi menjual produk tsb kepada yg bukan Anggota (misal tetangga, teman, saudara) , katakan sebulan 500 transaksi x Rp 3.000 = Rp 1.500.000/bulan
- Ini belum termasuk keuntungan  jika pada aplikasi koperasi tersedia marketplace koperasi sendiri
- Maka total pendapatan baru adalah Rp 6.900.000 !
Biaya
- Biaya bulanan sewa aplikasi dan cloud server sebesar Rp 2.000.000/bulan,Â
- Pendapatan (Rp 6.900.000) dikurani biaya Rp 2.000.000 berarti masih ada margin Rp 4.900.000Â (pendapatan baru bersih!)
Ternyata, dengan mindset pendapatan (bukan mindset biaya) Â Koperasi dapat menciptakan pendapatan baru!Â
Catatan :
- Anggota koperasi belanja di koperasi yg notabene milik sendiri dan menghasilkan SHU.
- Contoh : biaya Admin token listrik di tempat lain Rp 2.500, maka di Koperasi Admin hanya Rp 1.500 (dari Admin ini Koperasi memperole margin Rp 500) masih lebih murah di Koperasi. Banyak yang tidak tahu ini.
- Belum lagi dari pulsa, PDAM, cicilan motor, BPJS dsb
Kata Ketua, yang rajin komunikasi dengan anggota melalui WA, Â Anggota perlu tahu, bahwa margin tsb adalah pendapatan Koperasi dan menjadi SHU Koperasi yang akan dibagikan kepada Anggota.Â
Tentu saja, semua Pengurus dan Anggota Koperasi harus berbelanja di koperasi sendiri (koperasi bukan PT)  yang notabene milik bersama. Kalau beli di tempat lain, selain lebih mahal, pendapatannya tentu menjadi pendapatan perusahaan lain/Bank, tidak menjadi SHU Koperasi kan? Masak punya usaha koperasi sendiri,  belanja ke tetangga (toko ritel, bank, platform e-commerce dll) , kapan majunya koperasi, heheh...
Anggota koperasi ingin sejahtera memang harus gotong royong dan belanja dari usaha koperasi sendiri, bukan dari yang lain.  Maka gugurlah anggapan bahwa digitalisasi  menghabiskan biaya besar.
Jadi, sudah tahu kan bukan rahasia lagi kalau digitalisasi menciptakan pendapatan baru.
Selamat mendigitalisasi koperasi !
#MulaiAajDulu# (motto Tokopedia yg membuatnya besar seperti saat ini)
BdgAntapani, 22.53, 10.10.23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H