Mohon tunggu...
James Manarisip
James Manarisip Mohon Tunggu... Freelancer - Simple man

I can do all this through almighty God.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Negara dalam Koma (Tolong!)

25 September 2019   11:53 Diperbarui: 26 September 2019   00:06 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi merekam kejadian pasca bentor antar mahasiswa dan kepolisian

Akhir-akhir ini, lebih tepatnya sebulan terakhir ini, ujian besar melanda bangsa Indonesia.

 Semua media, televisi nasional, sosial media menyoroti permasalahan bangsa yang menumpuk dan rasa-rasanya Tuhan sedang menguji kesabaran dan ketahanan terhadap bangsa ini.  

Kebakaran hutan, pelemahan di dalam revisi UU KPK, RUU KUHP yang kontroversial dan aneh bin ajaib membakar semua elemen rakyat untuk nyingir dan meng-kritik secara keras  terhadap  2 Stakeholder bangsa ini ( Pemerintah dan DPR ). 

DPR dan Pemerintah yang biasanya bersebrangan terlihat saling ''tolong-menolong'' dan men-support keanehan yang mereka buat dan saling tau dengan keamanan posisi mereka masing-masing. Semua pernyataan  sikap penguasa tidak memberikan rasa aman kepada rakyat itu sendiri. Negara seperti dalam koma di antara kehidupan bebas ber-demokrasi dan direnggut kebebasan dan berekspresi.

Puncak klimaks ''perlawanan'' rakyat yang diwakili mahasiswa, terjadi pada tanggal 23-24 September di depan gedung MPR/DPR RI.  Semua elemen mahasiswa bersatu untuk ber unjuk rasa dan menekan pemerintah untuk membatalkan RUU KUHP, menyelesaikan masalah pembakaran hutan, Revisi UU KPK dan berbagai aspirasi lainnya yang menjadikan aksi penyampaian pendapat menjadi penyampaian aksi sumpah serapah, klimaks kekecewaan rasa frustasi terhadap pemerintah beserta jajaran-nya yang terhormat.

Tanggal 24 adalah klimaks dari hari sebelumnya. 

Dimana tanggal 23 waktu malam, dan di serukan ketua BEM Universitas Indonesia, mahasiswa mengeluarkan mosi tidak percaya kepada DPR, wakil rakyat mereka sendiri. 

Aksi yang digelar dari pagi pun terpantau aman, khusyuk dan mahasiswa masih mengeluarkan pendapat mereka dengan sopan. Tetapi, seiring berjalan-nya waktu, melewati siang, ketidak jelasan yang diterima dan semakin membeludaknya jumlah mahasiswa yang ada.

Mereka memberikan tenggat waktu terhadap DPR yang sedang melakukan rapat paripurna di dalam gedung, untuk keluar dan berdialog dengan mahasiswa yang ada. Apakah mereka keluar dan menemui mahasiswa? Tentu tidak. Hehe.

Pukul 16.00 lebih sedikit. Sesuai ultimatum mereka, mahasiswa pun membuat barricade dan memaksa masuk ke gedung tersebut. Aparat polisi yang berjumlah tidak teralu banyak, cukup kewalahan dan harus mundur ke belakang untuk menembakkan gas air mata dan water canon ke arah mahasiswa yang semakin bersemangat menerobos masuk. 

Ada sedikit cerita yang lucu dan berkesan bagi penulis di sini.

Yang pertama adalah, ketika awak media terdesak di tengah-tengah polisi dan mahasiswa, banyak dari kami yang tertahan di belakang kawat berduri karena tidak sempat untuk lari kebelakang. 

Alhasil, semburan gas air mata pun mengenai kami dan membuat kami kepayahan bernafas. Di tengah situasi genting tersebut, terdapat 2 mahasiswa yang berlari menembus asap ke arah kami dan membawakan air dan odol supaya kami bisa kembali pulih. Sungguh mulia perbuatan mereka.

Yang kedua adalah, ketika awak media mencoba meliput kedalam gedung MPR, polisi menembakan gas air mata lagi ke depan batas pagar gedung MPR. Lucunya, angin yang berhembus cukup kencang, malah membawa asap tersebut untuk masuk lagi ke dalam halaman MPR dan membuat aparat dan media berlari kedalam gedung untuk menyelamatkan diri. 

Ketika dalam kondisi susah  bernafas dan mengeluarkan air mata, terdapat anggota polisi yang memberikan air yang dia punya kepada kami, supaya kami bisa bernafas dan menyiram wajah kami. Sungguh mulia perbuatan mereka. 

Ditambah, beberapa rekan mahasiswa yang laki-laki melindungi mahasiswi perempuan dari gas air mata yang ditembak-kan petugas. ''Pak, jangan ke mereka! tembakkan saja ke kami'' 

Hal yang menurut orang lain itu biasa tapi menurut penulis luar biasa itu adalah, bahwa sebenarnya rakyat Indonesia sendiri tau siapa yang menjadi kerikil batu sandungan dalam kemajuan bangsa ini. hati nurani, logika, tolong menolong dan perasaan kemanusian masih ada walau dikecewakan terus-menerus oleh sang penguasa. 

Saling tolong menolong justru terjadi ketika melihat yang lain kepayahan dan di ujung tanduk. Suatu aksi yang memberikan tamparan kepada para penguasa, arti dari ''tolong menolong'' yang benar!

Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR
Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR
Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR
Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR
Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR
Sesaat sebelum mahasiswa memaksa masuk ke dalam gedung MPR

Jakarta Riot
Jakarta Riot
Jakarta Riot
Jakarta Riot
Jakarta Riot
Jakarta Riot

Link video lengkap : https://youtu.be/2luRT9Qzl_U

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun