Mohon tunggu...
Djohan Chan
Djohan Chan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah menjadi Redaktur di beberapa Media Cetak dan Elektronik, pernah memjadi Pemimpin Redaksi dibeberapa Media Cetak dan Elektronik

Hoby membuat berita, merangkum berita, membuat ulasan berita, menyunting dan menyusun berita, membuat artikel tulisan. Mempublikasikannya ke publik, sebagai edukasi. Yang baik pantas untuk ditiru, yang jelek, pantas untuk dihindari. Saling mengingatkan sesama manusia itu penting, karena manusia tidak luput dari kehilapan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Karena Kenaikan Harga, Pengusaha Tahu Tempe Terancam Gulung Tikar

2 Maret 2022   11:04 Diperbarui: 2 Maret 2022   11:07 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para industri Tahu dan Tempe di Indonesia, akhir akhir ini dicekam oleh rasa kebingungan untuk hidup, akibat harga bahan baku untuk industrinya, berupa Kacang Kedelai impor mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan.  

Menurut Dirjen Perdagangan Dalam negeri, Kementerian Perdagangan Oke Nurwan. Kenaikan harga kacang di pangsa pasar, dari harga Rp 8.000 per kilogram, hingga menyampaikan harga Rp 13.000 per kilogram sejak minggu pertama Februari 2022, disebabkan terjadinya gangguan suplai kacang kedelai di tingkat dunia.

Terkait dengan kenaikan harga kedelai itu, para pengrajin tahu tempe Indonesia berharap, dan meminta pemerintah untuk dapat mengendalikan harga kacang kedelai impor tersebut, dari tangan distributor. Atau memberi subsidi, guna membantu para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdampak Covid-19.

Sebagaimana fakta yang terlihat saat ini, para pelaku ekonomi kecil yang mengelolah industri tahu tempe sudah tidak bisa menjalankan usahanya, berjualan tahu tempe, alias gulung tikar. Karena mereka sulit untuk melakukan penyesuaian, antara harga pembelian kedelai dengan bentuk tahu tempe yang diproduksinya.

" Kalau tahu tempe dibentuk seperti biasa, harganya dinaikkan, dikhawatirkan konsumen merasa enggan untuk membelinya. Demikian dengan hal sebaliknya, kalau harganya tetap dipertahankan seperti biasa, namun bentuk tahu tempe ukurannya diperkecil, juga diragukan, konsumen merasa enggan membelinya," kata sejumlah pengrajin tahu tempe Indonesia.    

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ada 5 negara sebagai importir pemasok kacang kedelai ke Indonesia. Dalam kurun waktu tahun 2021 lalu, total impor kedelai ke Indonesia mencapai 2,49 juta ton, dengan nilai mencapai USS1,48 miliar atau setara Rp21,1 triliun dengan kurs Rp14.300.  

Dari 5 importir tersebut, negara Amerika Serikat (AS) merupakan importir kedelai terbesar ke Indonesia. Pada tahun 2021 AS mengimpor kedelai ke Indonesia sebesar 2,15 juta ton, dengan nilai USD1,29 miliar, atau sekitar Rp18,4 triliun. Kedua adalah negara Kanada, pada tahun yang sama mengimpor 232 ribu ton kedelai, dengan nilai USD135,8 juta atau sekitar Rp1,9 triliun.

Untuk urutan ketiga, ada negara Argentina, pada tahun yang sama negara ini mengimpor kedelai ke Indonesia mencapai 89,95 ribu ton, dengan nilai USD52,08 atau sekitar Rp744 miliar. Diurutan ke empat, negara Brazil, mengimpor kedelai sebanyak 9,2 ribu ton, dengan nilai USD5,34 juta atau sekitar Rp76 miliar. Diurutan terakhir ke 5, adalah negara Malaysia. Mengimpor kedelai 5,5 ribu ton, dengan nilai USD2,46 atau sekitar Rp35,1 miliar.

Terkait dengan kenaikan harga kacang kedelai impor ini, menurut Dirjen Perdagangan Dalam negeri, Kementerian Perdagangan Oke Nurwan. " Hal itu terjadi karena adanya kenaikan biaya sewa lahan dan ketidak pastian cuaca di negara produsen, mengakibatkan petani kedelai di AS menaikkan harga," beber Oke. 

Oke Nurwan juga mencontohkan pada negara Brasil, pada Januari 2022 memproduksi 140 juta ton kedelai, menurun jadi 125 juta ton per 10 Februari 2022. Penurunan produksi kedelai itu terjadi karena berbagai faktor dan karena adanya inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 7 persen, berdampak pada harga input produksi kacang kedelai.

Oke Nurwan memprediksikan, kenaikan harga kedelai ini tidak akan melampaui harga Rp 12.000 dalam per kilogramnya, dan harga ini diperkirakan akan menjadi turun, pada akhir bulan Juli 2022. 

Oke Nurwan juga mengakui, kenaikan harga mencapai Rp 11.240 per kilogram. Hingga Rp 12.000 ini telah membuat para perajin tahu dan tempe menjerit, dan terancam gulung tikar.

Menanggapi kondisi dari naiknya harga kedelai Impor, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementrian Pertanian (Kementan) Yuris Tiyanto, angkat bicara dan mengatakan bahwa. 

"Kacang kedelai Indonesia, sebenarnya punya kelebihan kandungan gizinya tinggi. Yang kedua, kedelai Indonesia non Genetically Modified Organis (GMO), namun hal ini jarang dipublikasikan," kata Yuris, Selasa (22/2/2022). 

Menurut Yuris Tiyanto, GMO atau transgenik adalah rekayasa genetik, dilakukan pada suatu tanaman, agar menghasilkan produk yang diinginkan. Sementara produk kedelai lokal (Indonesia) seluruhnya menggunakan pupuk organik. "Transgenik itu ada rekayasa genetika, tapi kalau kedelai kita tidak ada rekayasa genetik, organik. Menurut saya itu lebih sehat sebetulnya," kata Yuris.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi kedelai Indonesia pada tahun 2021 hanya 200 ribu ton. Sementara permintaan kedelai untuk memproduksi tahu tempe sekitar 1 juta ton per tahun. 

Pada tahun 2022 Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai di atas lahan seluas 650 ribu hektare. Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan lahan seluas 52 ribu hektare kepada petani untuk ditanami kedelai, sementara 598 ribu hektare sisanya akan dibiayai melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Yuris Tiyanto juga mengatakan bahwa, Protein kacang kedelai Indonesia cukup tinggi, hingga membuat kedelai lokal memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kedelai impor. 

Namun Yuris juga meminta kepada para petani, untuk memanen kacang kedelainya pada saat sudah kuning dan layak untuk dipanen, sehingga kualitas produk kedelai dapat digunakan dengan baik, untuk tahu tempe (Djohan Chaniago).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun