Mohon tunggu...
Djohan Chan
Djohan Chan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah menjadi Redaktur di beberapa Media Cetak dan Elektronik, pernah memjadi Pemimpin Redaksi dibeberapa Media Cetak dan Elektronik

Hoby membuat berita, merangkum berita, membuat ulasan berita, menyunting dan menyusun berita, membuat artikel tulisan. Mempublikasikannya ke publik, sebagai edukasi. Yang baik pantas untuk ditiru, yang jelek, pantas untuk dihindari. Saling mengingatkan sesama manusia itu penting, karena manusia tidak luput dari kehilapan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Karena Kenaikan Harga, Pengusaha Tahu Tempe Terancam Gulung Tikar

2 Maret 2022   11:04 Diperbarui: 2 Maret 2022   11:07 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke Nurwan memprediksikan, kenaikan harga kedelai ini tidak akan melampaui harga Rp 12.000 dalam per kilogramnya, dan harga ini diperkirakan akan menjadi turun, pada akhir bulan Juli 2022. 

Oke Nurwan juga mengakui, kenaikan harga mencapai Rp 11.240 per kilogram. Hingga Rp 12.000 ini telah membuat para perajin tahu dan tempe menjerit, dan terancam gulung tikar.

Menanggapi kondisi dari naiknya harga kedelai Impor, Direktur Aneka Kacang dan Umbi Kementrian Pertanian (Kementan) Yuris Tiyanto, angkat bicara dan mengatakan bahwa. 

"Kacang kedelai Indonesia, sebenarnya punya kelebihan kandungan gizinya tinggi. Yang kedua, kedelai Indonesia non Genetically Modified Organis (GMO), namun hal ini jarang dipublikasikan," kata Yuris, Selasa (22/2/2022). 

Menurut Yuris Tiyanto, GMO atau transgenik adalah rekayasa genetik, dilakukan pada suatu tanaman, agar menghasilkan produk yang diinginkan. Sementara produk kedelai lokal (Indonesia) seluruhnya menggunakan pupuk organik. "Transgenik itu ada rekayasa genetika, tapi kalau kedelai kita tidak ada rekayasa genetik, organik. Menurut saya itu lebih sehat sebetulnya," kata Yuris.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi kedelai Indonesia pada tahun 2021 hanya 200 ribu ton. Sementara permintaan kedelai untuk memproduksi tahu tempe sekitar 1 juta ton per tahun. 

Pada tahun 2022 Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai di atas lahan seluas 650 ribu hektare. Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan lahan seluas 52 ribu hektare kepada petani untuk ditanami kedelai, sementara 598 ribu hektare sisanya akan dibiayai melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Yuris Tiyanto juga mengatakan bahwa, Protein kacang kedelai Indonesia cukup tinggi, hingga membuat kedelai lokal memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kedelai impor. 

Namun Yuris juga meminta kepada para petani, untuk memanen kacang kedelainya pada saat sudah kuning dan layak untuk dipanen, sehingga kualitas produk kedelai dapat digunakan dengan baik, untuk tahu tempe (Djohan Chaniago).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun