hiruk pikuk hedonisme dari anak cabang kapitalisme telah membawa pergerakan perilaku yg entah terkonsep dari apa, yg pasti membawa kegalauan dari para penganutnya. seperti pagi ini; aku harus menumpahkan kegalauanku thdp perilaku anak galau. pencarian identitas dan pemuasan hasrat kegembiraan masa muda tak slalu sesuai harapan, perbedaan pemenuhan berbanding harapan yg tak seimbang telah mendorong pada perilaku absurd. dan memang tiba tiba semua menjadi absurd. kaum senior sering meradang menyikapi absurditas anak galau, berkhotbah seolah mewakili tuhan sebagai penegak moralitas sang maha suci. saling sudut dan sulut, hitung hitungan dosa dan merasa paling berpahala. absurditas ini tanpa sadari hadir begitu saja, padahal jika kita mau sedikit elihat sejarah pribadi, berkontemplasi tentu akan menenukan sedikit saja setidaknya jati diri kita, maka akan terpenuhi tugas sejarah yg tlah dijalani bahwa kita juga punya akar yg membentuk pohon yg menyangga cabang serta ranting rantingnya, mungkin kelak berbuah manfaat. sekali lagi mari kita keluar dari kekacauan ini dg mengevaluasi diri, mencari kebenaran dg tulus ikhlas, berpikir lebih sadar, lebih menjadi manusia bukan berpura menjadi nabi apalagi malaikat... sahurrrrr sahurrrrrrrrr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H