Mohon tunggu...
Jamaludin Law
Jamaludin Law Mohon Tunggu... -

Sederhana yang bukan biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guratan Dahi Ayah...

18 April 2012   11:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:28 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Subhanallah hari ini aku masih di beri kesempatan untuk singgah ke rumah ayah, setelah beberapa minggu tidak bisa hadir di rumahnya, rumah tempat dulu aku di lahirkan, karena alasan klasik kesibukan yang hampir tidak memberiku celah untuk melihatnya sejenak di usia senjanya saat ini,

bukan berarti ibu tidak berarti bagiku, dan tidak bisa cukup memberikan alasan untuk menggerakkan jariku mengetik tentang kenangan manis bersama beliau, salam ta'jimku untukmu ibu aku selalu menyayangimu, akan tetapi hari ini aku terbayang kejadian penuh pada 15 tahun yang lalu di saat usiaku untuk mengingat sudah mulai matang, apa yang ku alami saat itu masih tertata rapi dalam ruang ingatanku saat ini, usiaku belia saat itu usia penuh hal-hal yang harus di coba, usia yang penuh penasaran hingga akhirnya ku tahu dan tetap tidak menjadikan nya pelajaran akan ketidak tahuanku setelahnya,...

bisa jadi usia saat itu yang menentukan saat ini aku bukanlah aku,...

bisa jadi usia ku saat itu menentukanku di pada hal-hal yang kubenci dan ku takuti saat ini,...

dan sampailah aku di sini, di kehidupan yang aku yakin engkau ridloi ayah,....

kehidupan yang sangat ku syukuri dengan kelebihan dan kekurangannya,..

kehidupan yang sedikit banyak terinsfirasi dengan sikap tawaddu dan tabahmu ayah,...

aku banyak belajar padamu,... aku akui engkau bukan lah separti itu,  bukan orang terpelajar yang menyandang sederet gelar, bukan orang yang dengan segudang bekal materi dan wawasan untuk hidup dan kau tularkan kepada anakmu, tapi engkau orang yang penuh dengan keterbatasan, hingga tak jarang engkau kehabisan kata untuk menasihatiku saat itu, hanya bisa menitikkan air mata dan berharap bahwa harapanmu itu tak pupus yang ada padaku,

subhanallah aku malu mengingat akan kenakalanku saat itu padamu ayah,...

engkau manusia kekar yang pernah ku lihat ayah,... badanmu sehat dan bugar,.. tidak nampak sama sekali itu menular padaku saat ini,... jika engkau bisa tempuh jarak 40 kilo setiap hari dengan sepeda kesayanganmu untuk berdagang saat itu,... maka saat ini aku sibuk menggerutu kelelahan terkena macet beberapa menit padahal duduk dalam tunggangan yang cukup nyaman jauh dengan dudukanmu jok sepeda yang kasar tanpa busah sama sekali,..

Engkau manusia tabah yang pernah ku ingat ayah,...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun