Sementara generasi ini sudah sangat mahir menggunakan teknologi, banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah terpencil, masih kekurangan infrastruktur digital yang memadai. Hal ini menciptakan jurang antara kebutuhan siswa dan kemampuan sekolah untuk memenuhinya; 3) Pendidikan Karakter yang Kurang Relevan.Â
Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah sering kali bersifat normatif dan kurang terhubung dengan realitas kehidupan generasi ini. Mereka membutuhkan pendekatan yang lebih praktis dan personal untuk menanamkan nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras, dan empati.
Tantangan bagi Orang Tua
Di rumah, orang tua juga menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Pola asuh tradisional sering kali tidak lagi relevan, sementara pendekatan modern membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakter anak-anak post-milenial. Tantangan utama bagi orang tua meliputi:1) Mengatur Penggunaan Teknologi.Â
Meski teknologi membawa banyak manfaat, penggunaan yang berlebihan dapat berdampak negatif, seperti adiksi gadget, penurunan fokus, dan kurangnya interaksi sosial. Orang tua perlu menetapkan batasan tanpa menimbulkan konflik besar; 2) Menanamkan Nilai Kesabaran dan Kerja Keras. Anak-anak generasi ini cenderung menghindari proses panjang.Â
Orang tua perlu mencari cara untuk menanamkan nilai kesabaran dan kerja keras tanpa terlihat memaksakan norma generasi mereka sendiri; 3) Menghadapi Tekanan Sosial. Ekspektasi tinggi dari media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Orang tua perlu menjadi tempat aman di mana anak-anak merasa didengar dan dihargai.
Bagaimana Sekolah dan Orang Tua Harus Beradaptasi
Menghadapi tantangan ini, sekolah dan orang tua harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal generasi post-milenial. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:1) Mengintegrasikan Teknologi Secara Bijak.Â
Sekolah harus memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran, seperti menggunakan platform daring untuk proyek kolaboratif atau aplikasi pembelajaran interaktif. Di sisi lain, orang tua perlu mendampingi anak dalam menggunakan teknologi untuk tujuan positif; 2) Mengadopsi Metode Pembelajaran Aktif.
Sekolah perlu mengganti metode pengajaran pasif dengan pendekatan aktif yang melibatkan siswa, seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi kelompok, atau simulasi. Ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan bekerja sama; 3) Menanamkan Pendidikan Karakter yang Relevan. Nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, dan kerja keras harus diajarkan melalui contoh nyata, baik di sekolah maupun di rumah.Â
Orang tua dan guru perlu menjadi role model yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 4) Membangun Keterampilan Sosial. Dengan kurangnya interaksi tatap muka, sekolah dan orang tua harus menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk berlatih keterampilan sosial, seperti berbicara di depan umum, memecahkan masalah dalam kelompok, dan memahami perspektif orang lain; 5) Mendukung Kesehatan Mental.Â