Apalagi ketika seorang ayah bekerja jauh dari rumah, masyarakat cenderung menganggapnya sebagai bagian dari tugas seorang ayah. Mereka tidak melihat bahwa ada perasaan rindu yang harus ditekan, ada momen-momen berharga yang terlewatkan, dan ada perasaan bersalah yang kadang muncul ketika tidak bisa berada di samping anak-anaknya pada saat penting.
Jika kita melihat peran ayah dari perspektif yang lebih luas, kita akan menemukan bahwa ayah bukan sekadar pencari nafkah. Ia adalah seorang pemimpin keluarga yang berperan menjaga stabilitas, baik emosional maupun finansial. Di balik keheningan dan kerelaannya berkorban, ada kekuatan mental yang luar biasa untuk menjaga keluarga tetap utuh dan harmonis.Â
Seorang ayah harus mampu menjaga keseimbangan, baik sebagai pemimpin keluarga maupun sebagai sahabat bagi anak-anaknya. Di sinilah letak kesulitan yang sering kali tidak dipahami oleh masyarakat.
Banyak ayah yang mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan anak dan istrinya, bahkan jika itu berarti menahan diri dari mengungkapkan emosinya. Mereka mengerti bahwa perhatian lebih sering diberikan kepada ibu, dan mereka menerimanya dengan lapang dada. Dalam hati kecil, mungkin ada perasaan cemburu atau harapan agar mereka juga dianggap penting. Namun, sebagai kepala keluarga, ayah sering kali menahan diri untuk tidak menuntut lebih, demi menjaga keharmonisan keluarga.
Sebagai seorang akademisi dan ayah, saya berharap kita dapat merubah pandangan ini, sehingga masyarakat dapat memberikan apresiasi yang seimbang kepada kedua peran orang tua. Ayah dan ibu sama-sama memegang peran yang esensial dalam perkembangan anak, dan keduanya layak mendapatkan pengakuan serta empati yang setara.Â
Di Hari Ayah ini, alangkah baiknya jika kita mulai memberikan penghargaan yang selayaknya, bukan hanya dalam bentuk ucapan selamat, tetapi juga dalam bentuk perhatian dan empati. Ayah juga membutuhkan dukungan, apresiasi, dan tempat di hati anak-anaknya yang sama besarnya dengan ibu.
Untuk masa depan yang lebih baik, kita harus mulai membangun kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga. Pendidikan tentang pentingnya kesetaraan dalam mengapresiasi peran orang tua seharusnya menjadi bagian dari upaya kita membangun masyarakat yang lebih adil.Â
Menghargai ayah berarti menghargai kontribusi tanpa pamrih yang sering kali tidak terlihat, tetapi berdampak besar pada kehidupan kita semua. Ini bukan tentang menafikan peran ibu; ini tentang memberikan pengakuan kepada mereka yang, dalam diam, telah menjadi pilar kokoh di balik kesuksesan keluarga.
Hari Ayah adalah waktu yang tepat bagi kita untuk merenung dan mengapresiasi mereka yang tidak pernah menuntut apa-apa, tetapi selalu memberikan segalanya. Semoga Hari Ayah di masa mendatang dapat dirayakan dengan kesadaran yang lebih besar, dan semoga kita semua dapat memberikan tempat di hati kita untuk sosok ayah yang selalu mendampingi kita, meski kadang tak terlihat dan tak terucapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H