Herlina tersenyum lembut. "Tentu saja, tapi rasa itu mesti dibingkai oleh data. Kita bisa menggabungkan keduanya, asal ada dasar yang jelas. Jangan sampai rasa menutupi standar ilmiah kita."
Perdebatan itu pun mereda, namun sorot mata Samuel menandakan ia masih menyimpan pemikiran yang ingin ia gali lebih dalam. Kelas berakhir dengan atmosfer yang lebih damai, seolah semangat Herlina yang menenangkan itu mampu membasuh ketegangan yang sempat meletup.
Ketika kami melangkah keluar kelas, notifikasi dari grup WhatsApp doktoral muncul. Ternyata sebuah pesan dari Herlina, yang sepertinya ingin mendinginkan suasana.
"Samuel, biar kali ini tetap 'Rasa' dulu deh. Tapi minggu depan jangan lupa 'Data'nya ya. Siapa tahu, bisa jadi RasaD, rasa dan data, kan asyik juga "
Tawa berderai di antara kami yang membaca pesan itu. Samuel hanya menanggapi dengan emotikon senyum lebar, mungkin sedikit tersindir, tapi ia tahu ini semua adalah bagian dari perjalanan. Dalam perjalanan panjang doktoral ini, rasa dan data selalu akan berdansa bersama, mencari irama yang pas, saling melengkapi tanpa saling mendominasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI