Mohon tunggu...
Abdul Jalil
Abdul Jalil Mohon Tunggu... Jurnalis - suka tantangan dan hiburan

hidup itu saling melengkapi,,,semuanya,tanpa terkecuali.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nurani di Tengah Wabah Covid-19

16 April 2020   23:17 Diperbarui: 16 April 2020   23:26 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Kota Madiun memasak makanan bagi tetangganya yang terdampak Covid-19. (Jalil)

Pandemi Covid-19 benar-benar membuat orang resah dan bingung. Tidak hanya orang kalangan bawah yang resah, tapi golongan menengah ke atas juga ikut megap-megap gegara wabah yang tak kunjung usai ini.

Perusahaan-perusahaan yang awalnya sehat, tiba-tiba jadi sakit dan akhirnya memutus hubungan kerja dengan para pekerjanya. Alasannya tak lain karena perusahaan sudah merugi, karena tak ada pemasukan.

Akhir Maret lalu, saya mengunjungi beberapa mal di Kota Madiun. Seperti yang saya duga, mal yang biasanya ramai dan sesak dipenuhi orang berbelanja. Selama serangan Covid-19 berlangsung, mal-mal menjadi tempat yang amat sepi dan lengang. Gerai-gerai pada tutup. Karyawan dirumahkan.

"Pengunjung sekarang turun lebih dari 70%. Kalau wabah masih terus terjadi, bisa jadi pengunjung akan habis," kata seorang manajer mal.

Perhotelan juga dihajar habis-habisan oleh corona. Bahkan beberapa hotel berbintang terpaksa menutup operasional karena tak ada tamu yang menginap. Lihat saja di aplikasi pesan hotel, semacam Traveloka, hotel bintang empat dan bintang lima benar-benar banting harga. Kalian yang ingin merasakan nikmatnya tidur di hotel bintang lima seharga bintang dua, mungkin inilah saatnya.

Bisnis transportasi juga dibuat babak belur oleh corona. Transportasi yang tak memiliki kompetitor semacam KAI, juga habis. Puluhan bahkan seratusan perjalanan kereta api dibatalkan selama masa pandemi. Ini rugi berapa triliun ya?

Transportasi udara juga sama. Apalagi Covid-19 ini menjadi pandemi global. Tentu saja penerabangan dengan tujuan luar negeri juga banyak yang dibatalkan.

Bahkan, transportasi yang merakyat semacam bus juga ngos-ngosan. Beberapa pekan lalu, saya naik bus dari Kebumen ke Jogja dengan bus Efisiensi. Pengelola mengatakan kalau bus yang beroperasi sudah dikurangi hampir 50%. Entah sekarang sudah bertambah berapa lagi yang dikurangi. Yang jelas jumlah penumpang turun drastis.

Tidak hanya itu, bisnis masyarakat kecil juga kena imbas. Kebijakan pemerintah yang kadang membingungkan juga ikut andil semakin mempercepat kematian bisnis rakyat kecil.

Banyak usaha-usaha kecil rakyat gulung tikar selama pandemi. Ya karena tidak ada yang beli. Daya beli masyarakat rendah. Selain juga kebijakan abu-abu dari pemerintah. Meskipuan saat ini pemerintah sudah sedikit memberikan keluasaan bagi para pedagang, dengan catatan tidak boleh ada yang tongkrongan dan makanan atau minuman harus dibungkus.

Pada saat awal-awal wabah ini terjadi, masih teringat beberapa barang yang langka di pasaran, yakni masker dan handsanitizer. Entah barang-barang itu lenyap di mana. Meskipun ada yang jual, harganya pun selangit.

Polisi dari berbagai daerah pun mulai menangkap orang-orang yang diduga menimbun masker dan hand sanitizer serta menjualnya dengan harga selangit. Saya bingung di saat kondisi cam gini kok ada orang yang tega menimbun dan menjualnya dg harga yang mencekik. Kalau mau cari untung, boleh lah. Tapi lha mbok sewajarnya. Di mana hati nuraninya?

Saat saya naik taxi online, si driver cerita saat awal-awal wabah mulai menjangkiti dunia, temannya mencium potensi bisnis masker. Hingga akhirnya si temannya itu sampai mencari pinjaman modal untuk membeli masker kesehatan. Tidak hanya sepuluh atau dua puluh dus, tapi sampai satu truk. Kemudian masker itu dijualnya secara eceran.

Keuntungannya pun berlipat-lipat. Sampai temannya si driver itu sanggup membeli mobil bekas.

"Tapi saat aparat kepolisian mulai menangkap para penimbun masker. Teman saya itu pun menyudahi usahanya dan menghilang dari peredaran," katanya.

Saya sih tidak tahu kebenaran cerita yang disampaikan si driver itu. Tetapi, memang ada benarnya. Beberapa kasus pengungkapan penimbunan masker yang pernah saya liput, juga modusnya serupa. Meski barang yang dijual enggak sebanyak itu.

Ya, mereka memang untung. Tetapi sesungguhnya nurani mereka lah yang telah merugi.

Di tengah wabah seperti sekarang, memang antar-warga harus saling bergandengan tangan. Sikap gotong royong yang menjadi ciri khas orang Timur pun mulai digalakkan untuk menghadapi wabah ini.

Meskipun, ada juga sikap "oportunis" yang dicontohkan kalangan Istana dan tak patut dicontoh. Beberapa hari terakhir tersiar kabar salah satu staf khusus millenial kebanggaan presiden melakukan blunder. Stafsus yang masih aktif sebagai CEO perusahaan swasta itu mengirim surat ke seluruh camat se-Indonesia. Yang tujuannya karyawan perusahaannya akan mengedukai masyaramat desa tentang Covid-19 dan perusahannya akan membantu pendataan APD di Puskesmas dan mencukupi kekurangannya dari dana donasi.

Masyarakat pun gempar dengan kelakuan blunder stafsus yang dianggap tak punya etika itu. Denger-denger, orangnya juga sudah dimarahi dan dikasih teguran keras oleh Kantor Staf Kepresidenan. Tapi enggak tahu juga yang dinamakan "teguran" itu seperti apa.

Kalau menurutku sih, bau-baunya ada nepotisme di balik itu semua. Mungkin kalau surat itu enggak bocor ke publik, rencana sang stafsus itu akan melenggang mulus dan entah bagaimana kelanjutan ceritanya.

Yang jelas memanfaatkan keadaan untuk mencari keuntungan pribadi jelas tidak elok. Aplagi dia seorang pendengungnya presiden.

Tidak hanya persoalan stafsus itu sih. Ada juga pertanyaan, mengapa yang digandeng untuk program kartu Pra Kerja adalah Ruangguru? Salah satu pendiri unicorn itu juga ada di barisan stafsus milenial. Tak hanya di barisan stafsus yg bikin blunder, tapi ada juga tu menteri kabinet yang kerap bikin kontroversi.

Kembali ke gotong royong. Gerakan solidaritas masyarakat pun mulai bermunculan di mana-mana. Mereka mengirimkan bantuan sembako kepada warga yang terdampak wabah. Para penerima pun terlihat bahagia mendapatkan bantuan itu.

"Senang mas, dalam kondisi seperti ini narik becak juga sepi, ga ada penumpang. Kalau dapat bantuan kan minimal untuk makan besok sudah ada," kata seorang pengayuh becak di Madiun.

Gerakan solidaritas itu pun hari ke hari pun semakin banyak dan beragam. Ada yang memberikan bantuan bahan pangan, makanan, uang, bahkan masker. Itu semua sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap sesama anak bangsa.

Salah satu aksi solidaritas yang menarik juga ditunjukkan oleh warga di salah satu lingkungan RT di Madiun. Jadi, ada sebelas warga yang mengelola dana swadaya dari masyarakat setempat. Dana yang terkumpul digunakan untuk membeli bahan pangan beserta lauk pauknya. Kemudian warga memasaknya dan membungkusnya. Nasi bungkus itu dibagikan kepada tetangganya yang secara ekonomi kurang dan terdampak pandemi Covid-19.

Setiap hari, mereka membagikan 220 nasi bungkus. Untuk sarapan 110 bungkus dan makan malam 110 bungkus. Mereka yang terdampak tidak perlu berdesakan atau antre di dapur umum untuk mendapatkan nasi bungkus ini. Tetapi petugas yang akan membagikan nasi bungkus itu dengan jumlah sesuai anggota keluarga di rumah itu.

Aksi solidaritas ini benar-benar menerapkan prinsip "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat". Bagi mereka yang memiliki ekonomi kecukupan bahkan lebih, bisa membantu dengan donasi uang. Sedangkan warga yang ekonominya pas-pasan bisa membantu dengan ikut menjadi juru masak maupun kebutuhan lain.

Sedangkan bagi warga terdampak hanya perlu menunggu di rumah dan tidak perlu risau soal kebutuhan pangan. Dukungan warga ini sebagai wujud untuk memutus rantai persebaran Covid-19.

Tentunya saat ini gerakan-gerakan masyarakat ini semakin banyak dan terus berkembang. Dalam kondisi demikian, memang tidak seharunya kita hanya bertumpu pada pemerintah belaka. Gandengan tangan satu dengan lainnya akan bisa menyelamatkan bangsa ini dari keterpurakan. Nurani para penggerak sosial ini yang akan menyuburkan optimisme dalam menghadapi terjangan wabah Covid-19.

Semoga wabah ini cepat berlalu!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun