Polisi dari berbagai daerah pun mulai menangkap orang-orang yang diduga menimbun masker dan hand sanitizer serta menjualnya dengan harga selangit. Saya bingung di saat kondisi cam gini kok ada orang yang tega menimbun dan menjualnya dg harga yang mencekik. Kalau mau cari untung, boleh lah. Tapi lha mbok sewajarnya. Di mana hati nuraninya?
Saat saya naik taxi online, si driver cerita saat awal-awal wabah mulai menjangkiti dunia, temannya mencium potensi bisnis masker. Hingga akhirnya si temannya itu sampai mencari pinjaman modal untuk membeli masker kesehatan. Tidak hanya sepuluh atau dua puluh dus, tapi sampai satu truk. Kemudian masker itu dijualnya secara eceran.
Keuntungannya pun berlipat-lipat. Sampai temannya si driver itu sanggup membeli mobil bekas.
"Tapi saat aparat kepolisian mulai menangkap para penimbun masker. Teman saya itu pun menyudahi usahanya dan menghilang dari peredaran," katanya.
Saya sih tidak tahu kebenaran cerita yang disampaikan si driver itu. Tetapi, memang ada benarnya. Beberapa kasus pengungkapan penimbunan masker yang pernah saya liput, juga modusnya serupa. Meski barang yang dijual enggak sebanyak itu.
Ya, mereka memang untung. Tetapi sesungguhnya nurani mereka lah yang telah merugi.
Di tengah wabah seperti sekarang, memang antar-warga harus saling bergandengan tangan. Sikap gotong royong yang menjadi ciri khas orang Timur pun mulai digalakkan untuk menghadapi wabah ini.
Meskipun, ada juga sikap "oportunis" yang dicontohkan kalangan Istana dan tak patut dicontoh. Beberapa hari terakhir tersiar kabar salah satu staf khusus millenial kebanggaan presiden melakukan blunder. Stafsus yang masih aktif sebagai CEO perusahaan swasta itu mengirim surat ke seluruh camat se-Indonesia. Yang tujuannya karyawan perusahaannya akan mengedukai masyaramat desa tentang Covid-19 dan perusahannya akan membantu pendataan APD di Puskesmas dan mencukupi kekurangannya dari dana donasi.
Masyarakat pun gempar dengan kelakuan blunder stafsus yang dianggap tak punya etika itu. Denger-denger, orangnya juga sudah dimarahi dan dikasih teguran keras oleh Kantor Staf Kepresidenan. Tapi enggak tahu juga yang dinamakan "teguran" itu seperti apa.
Kalau menurutku sih, bau-baunya ada nepotisme di balik itu semua. Mungkin kalau surat itu enggak bocor ke publik, rencana sang stafsus itu akan melenggang mulus dan entah bagaimana kelanjutan ceritanya.
Yang jelas memanfaatkan keadaan untuk mencari keuntungan pribadi jelas tidak elok. Aplagi dia seorang pendengungnya presiden.