Setelah dilakukan pemeriksaan itu bukan kaki tikus, karena secara struktur bagian juga tidak sama. Jadi disimpulkan bakso tersebut negative daging tikus.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Warung bakso milik Sugeng itu sudah terlanjur tercemar. Pelanggannya banyak yang enggan datang lagi karena termakan berita hoax itu. Informasi hoax memang cepat sekali menyebar.
Saya menemui pemilik warung bakso itu di Markas Polres Madiun, Jumat (31/1/2020). Sugeng kini hanya bisa berpasrah atas peristiwa yang menimpanya.Â
Dia mengaku omzetnya menurun drastis sejak muncul video bakso tikus itu. Pada hari biasanya, ia bisa mendapatkan omzet Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Namun, sejak video viral itu, ia hanya mampu menjual dua sampai tiga mangkuk saja per hari.
Padahal, warung bakso yang didirikannya dua tahun silam itu dibangun dari titik nol. Sugeng membangun usahanya itu dengan penuh perjuangan dan kepercayaan. Hingga akhirnya jutaan rupiah dihasilkan dari hidangan itu.
Yang disayangkan, kepercayaan konsumen yang sudah terbangun sejak dua tahun lalu harus luluh karena informasi hoax yang diciptakan seseorang. Kini, setelah kebenaran tersiar, ia harus kembali membangun kepercayaan konsumen lagi.
Sebenarnya kasus unggahan di media sosial yang merugikan orang lain sangat banyak, dengan berbagai latar belakang seperti karena faktor politik, SARA, dan lainnya.
Ini menjadi salah satu pengingat kembali bahwa jangan sampai jari kita justru bisa membunuh ladang rezeki orang lain. Seperti dalam kasus ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H