Mohon tunggu...
Abdul Jalil
Abdul Jalil Mohon Tunggu... Jurnalis - suka tantangan dan hiburan

hidup itu saling melengkapi,,,semuanya,tanpa terkecuali.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Gara-Gara Unggahan Story WA Soal Bakso Tikus, Pedagang Bakso Rugi Besar

1 Februari 2020   01:28 Diperbarui: 1 Februari 2020   01:39 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapolres Madiun AKBP Ruruh Wicaksono memperlihatkan hasil laboratorium bakso yang diduga mengandung daging tikus. (Jalil)

Lebih bijak lah menggerakkan jemarimu di media sosial. Karena apa pun yang kau tulis atau unggah di media sosial bisa berdampak kepada orang lain. Terlebih unggahan tersebut bersifat menghakimi atau menyebarkan informasi yang perlu ada konfirmasi.

Jangan sampai unggahan di sosmed bisa merusak kehormatan bahkan merusak rezeki seseorang.

Kalimat ini sangat cocok untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur akhir Januari 2020. Beberapa hari terakhir, masyarakat Madiun digegerkan dengan sebuah video berdurasi 24 detik yang berisi tentang dugaan bakso yang terbuat dari daging tikus.

Dalam video yang direkam dua orang perempuan itu memperlihatkan bakso yang sudah diacak-acak kemudian ditemukan potongan daging di dalamnya. Kedua perempuan itu meyakini bahwa potongan daging itu adalah potongan kaki tikus. 

Salah satu perempuan, di dalam video itu, menunjukkan potongan daging kecil itu ke arah kamera dan dibumbui dengan kata-kata potongan kaki tikus.

Keyakinan kedua perempuan itu semakin bulat setelah mereka mencari di internet bentuk kaki tikus. Kata perempuan itu, potongan daging yang ditemukan dalam bakso itu sama dengan kaki tikus.

Video yang menyebar secepat kilat itu pun menjadi konsumsi banyak orang. Video itu tersebar dengan mudah melalui grup-grup WA. Satu anggota grup WA itu kemudian mengirim ke grup WA yang lain. Hingga akhirnya tersebar dan banyak orang yang menontonya.

Setelah video itu tersebar, diketahui bahwa perempuan itu membeli bakso tersebut di salah satu warung bakso di Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Kemudian apa yang terjadi? Warung bakso itu sepi pembeli.

Karena orang-orang beranggapan bakso yang dijual di warung tersebut menggunakan daging hewan pengerat. Padahal, belum ada pemeriksaan ilmiah yang membuktikan daging yang digunakan untuk membuat bakso itu dari daging tikus. Itu masih asumsi dua perempuan pembuat video tadi.

Karena video yang viral itu, petugas kepolisian dari Polres Madiun bergerak cepat untuk menangani kasus ini. Para pihak yang bersangkutan seperti penjual bakso, dua perempuan pembuat video, dan penyetok bakso telah dipanggil dan dimintai keterangan. Polisi juga mengambil sampel daging bakso untuk dilakukan di laboratorium Balai Veteriner di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Setelah diuji di laboratorium itu, hasilnya bakso tersebut tidak mengandung daging tikus. Melainkan murni daging sapi. Kalau anggapan dua perempuan itu daging yang ditemukan di bakso merupakan bagian kaki tikus. 

Setelah dilakukan pemeriksaan itu bukan kaki tikus, karena secara struktur bagian juga tidak sama. Jadi disimpulkan bakso tersebut negative daging tikus.

Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Warung bakso milik Sugeng itu sudah terlanjur tercemar. Pelanggannya banyak yang enggan datang lagi karena termakan berita hoax itu. Informasi hoax memang cepat sekali menyebar.

Saya menemui pemilik warung bakso itu di Markas Polres Madiun, Jumat (31/1/2020). Sugeng kini hanya bisa berpasrah atas peristiwa yang menimpanya. 

Dia mengaku omzetnya menurun drastis sejak muncul video bakso tikus itu. Pada hari biasanya, ia bisa mendapatkan omzet Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Namun, sejak video viral itu, ia hanya mampu menjual dua sampai tiga mangkuk saja per hari.

Padahal, warung bakso yang didirikannya dua tahun silam itu dibangun dari titik nol. Sugeng membangun usahanya itu dengan penuh perjuangan dan kepercayaan. Hingga akhirnya jutaan rupiah dihasilkan dari hidangan itu.

Yang disayangkan, kepercayaan konsumen yang sudah terbangun sejak dua tahun lalu harus luluh karena informasi hoax yang diciptakan seseorang. Kini, setelah kebenaran tersiar, ia harus kembali membangun kepercayaan konsumen lagi.

Sebenarnya kasus unggahan di media sosial yang merugikan orang lain sangat banyak, dengan berbagai latar belakang seperti karena faktor politik, SARA, dan lainnya.

Ini menjadi salah satu pengingat kembali bahwa jangan sampai jari kita justru bisa membunuh ladang rezeki orang lain. Seperti dalam kasus ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun