Meditations adalah sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan pribadi Marcus Aurelius, seorang Kaisar Romawi dari tahun 161 hingga 180 Masehi. Tulisan-tulisan ini mencatat pemikiran pribadi Marcus dan konsepnya mengenai filosofi Stoa. Marcus Aurelius menulis 12 buku Meditasi dalam bahasa Yunani Koine sebagai sarana untuk membimbing dan mengembangkan dirinya sendiri.
Ada kemungkinan bahwa mayoritas karya Marcus Aurelius ditulis di Sirmium, tempat dia menghabiskan banyak waktu merencanakan kampanye militer antara tahun 170 hingga 180 Masehi. Beberapa tulisan tersebut kemungkinan ditulis saat dia berada di Aquincum dalam kampanye militer di Pannonia, karena catatan internal menunjukkan bahwa buku pertamanya ditulis ketika dia sedang berperang melawan Quadi di sungai Granova atau Hron, dan buku keduanya ditulis di Carnuntum.
Marcus Aurelius tidak berniat untuk menerbitkan tulisan-tulisan pribadinya dan kumpulan tulisannya tidak memiliki judul resmi. Sebaliknya, "Meditations" merupakan salah satu judul yang diberikan kepada karya tersebut. Tulisan-tulisan ini terdiri dari kutipan-kutipan yang panjangnya beragam, mulai dari satu kalimat hingga paragraf yang panjang.
Dalam konteks sejarah, tidak ada yang memperhatikan karya "Meditations" hingga awal abad ke-10. Namun, seorang sejarawan bernama Herodian, yang menulis pada pertengahan abad ke-3, mencatat bahwa karya sastra Marcus Aurelius meliputi semua aspek keunggulan, dan kecintaannya pada sastra kuno sangat luar biasa.
Menurut biografi Historia Augusta tentang Avidius Cassius, teks ini diperkirakan ditulis pada abad ke-4. Dalam teks tersebut disebutkan bahwa sebelum Marcus Aurelius memulai Perang Marcomannic, dia diminta untuk menerbitkan ajaran filosofinya jika terjadi sesuatu pada dirinya. Namun, Marcus justru memutuskan untuk membahas buku-buku nasihatnya selama tiga hari secara detail, satu per satu.
Buku Meditations terdiri dari 12 bagian yang mencatat berbagai fase kehidupan Marcus Aurelius dan tidak diatur secara kronologis. Buku ini merupakan catatan pribadi dan ditulis untuk dirinya sendiri. Kini, buku tersebut telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan diterbitkan di banyak negara, termasuk Indonesia. Pada April 2021, Noura Books Publishing menerbitkan buku Meditations di Indonesia.
Marcus Aurelius dipuji karena kejujurannya dalam menuliskan apa yang ada di hatinya dengan jujur dan apa adanya. Tulisannya tidak terpengaruh oleh kesadaran akan pendengar atau efek yang mungkin diterima. Menurut Rees (1992), buku Meditations ini terus-menerus menginspirasi dan menyentuh hati pembacanya.
Profil Penulis Buku Meditations — Marcus Aurelius Â
Pada tanggal 26 April 121, Marcus Aurelius lahir di kota Roma dengan nama Marcus Annius Verus. Setelah ayahnya meninggal, kakeknya mengadopsi dia secara tidak resmi dan mengubah namanya menjadi Marcus Aurelius. Ada kemungkinan bahwa pada masa mudanya, orang-orang mengenalnya sebagai Marcus Annius Catilius Severus atau Marcus Catilius Severus Annius Verus.
Marcus Annius Verus diadopsi sebagai pewaris tahta oleh Antoninus dan kemudian dikenal sebagai Marcus Aelius Aurelius Verus Caesar. Setelah naik tahta, ia dikenal sebagai Marcus Aurelius Antoninus Augustus sampai akhir hayatnya. Namun, Epiphanius dari Salamis dalam bukunya yang berjudul On Weights and Measures mencatat bahwa Marcus Aurelius Verus adalah salah satu nama yang pernah dipakai oleh kaisar tersebut.
Marcus Aurelius Antoninus memerintah sebagai kaisar Romawi selama periode 161 hingga 180 M dan dikenal sebagai seorang Filsuf Stoic. Ia adalah salah satu dari Lima Kaisar yang Baik, sebuah istilah yang diciptakan oleh Niccol Machiavelli 13 abad setelah masa pemerintahannya. Marcus juga merupakan kaisar terakhir dari zaman Pax Romana, periode relatif damai dan stabil bagi Kekaisaran Romawi yang berlangsung selama lebih dari 2 abad, dari 27 SM hingga 180 M. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai konsul Romawi pada tahun 140, 145, dan 161 M.
Marcus Aurelius dilahirkan selama masa pemerintahan Hadrian sebagai keponakan dari seorang kaisar, yaitu praetor Marcus Annius Verus, dan menjadi pewaris dari Domitia Calvilla. Ayahnya meninggal ketika Marcus masih berusia tiga tahun, dan ia dibesarkan oleh ibunya dan kakeknya. Setelah putra angkat Hadrian, Aelius Caesar, meninggal pada tahun 138, kaisar mengadopsi paman Marcus, yaitu Antoninus Pius, sebagai pewaris barunya.
Setelah Antoninus diadopsi oleh Hadrian, Antoninus juga mengadopsi Marcus dan Lucius, putra Aelius. Setelah kematian Hadrian, Antoninus menjadi kaisar dan Marcus sebagai pewaris takhta belajar bahasa Yunani dan Latin dari tutor seperti Herodes Atticus dan Marcus Cornelius Fronto.
Pada tahun 145, Marcus menikahi Faustina, putri Antoninus. Setelah Antoninus wafat pada tahun 161, Marcus Aurelius naik takhta bersama dengan saudara angkatnya, Lucius Verus, yang berperang di Timur melawan Kekaisaran Parthia dan Kerajaan Armenia yang memberontak. Di bawah kepemimpinan Marcus, Kekaisaran Romawi mengalami konflik militer yang berat.
Melalui Perang Marcomannic, Marcus berhasil mengalahkan Marcomanni, Quadi, dan Sarmatian Iazyges, namun kemenangan tersebut tidak menghentikan ancaman yang ditimbulkan oleh orang-orang Jermanik. Untuk mengatasi masalah ekonomi, ia memutuskan untuk memodifikasi kemurnian perak mata uang Romawi, denarius.
Meskipun terjadi penganiayaan terhadap orang Kristen selama pemerintahannya, tetapi tidak ada bukti yang kuat bahwa Marcus terlibat secara langsung dalam hal tersebut. Bahkan, orang Kristen awal tidak pernah menyebut dia sebagai penganiaya, malahan Tertullian menyebut Marcus sebagai pelindung orang Kristen.
Pada tahun 165 atau 166 M, terjadi wabah Antonine yang menyebabkan kematian lima sampai sepuluh juta orang dan menghancurkan populasi Kekaisaran Romawi. Lucius Verus, saudara angkat Marcus, diyakini meninggal akibat wabah tersebut pada tahun 169 M.
Berbeda dengan beberapa kaisar sebelumnya, Marcus tidak memilih untuk mengadopsi ahli waris. Dia memiliki dua anak, yaitu Lucilla yang menikah dengan Lucius dan Commodus, yang kemudian menjadi topik perdebatan di antara sejarawan modern dan kontemporer.
Di Roma, patung Marcus Aurelius dalam posisi berkuda masih berdiri hingga saat ini, patung tersebut dibangun untuk memperingati keberhasilan militernya. Karya tulisnya yang berjudul "Meditations" juga merupakan sumber penting untuk memahami filsafat Stoa kuno, di mana ia menulis tentang prinsip-prinsip filosofis dan pandangan hidupnya. Tulisan-tulisan ini terus dipuji oleh para penulis, filsuf, raja, dan politisi di seluruh dunia pada masa kini.
Sinopsis Buku Meditations
Buku Meditations adalah karya dari seorang Kaisar Romawi yang juga seorang filsuf yang ditulis dalam bahasa Yunani. Buku ini berisi catatan pribadi dari Marcus Aurelius yang tidak dimaksudkan untuk dipublikasikan. Buku Meditations menawarkan serangkaian refleksi dan latihan spiritual yang menantang dan sangat berkembang ketika kaisar mencoba untuk memahami dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.
Buku ini memiliki tema utama yang berfokus pada pentingnya evaluasi diri dan orang lain serta mengembangkan perspektif kosmik yang lebih luas. Dalam buku ini, Marcus Aurelius menjelaskan bahwa seseorang memiliki kekuatan untuk menyelesaikan banyak masalah yang muncul dari penilaian diri yang berlebihan, dan memiliki ruang yang luas dalam dirinya yang mencakup seluruh kosmos.
Buku ini juga mengajarkan pentingnya memanfaatkan ruang tersebut untuk merenungkan tentang waktu yang kekal, mempertimbangkan perubahan yang cepat dalam setiap aspek kehidupan, dari kependekan masa hidup dari lahir hingga mati, hingga kekosongan yang tak terbatas sebelum kelahiran dan setelah kematian.
Marcus Aurelius mengajarkan bahwa penting bagi seseorang untuk memahami tempat mereka di alam semesta dan bahwa segala sesuatu berasal dari alam serta akan kembali ke alam semesta pada akhirnya. Fokus dan disiplin diri juga menjadi tema yang kuat dalam catatannya, di mana ia menekankan pentingnya mempertahankan prinsip etika yang kuat, seperti keinginan untuk menjadi orang yang baik.
Ia juga mengajarkan konsep Stoik yang melibatkan kenikmatan materi dan pemanjaan dalam kasih sayang indrawi. Hal ini akan membebaskan manusia dari kesenangan dan penderitaan dunia material. Marcus juga percaya bahwa satu-satunya cara orang dapat dirugikan oleh orang lain adalah dengan membiarkan reaksi emosional menguasai mereka.
Pikiran yang jernih dan rasional dapat membantu seseorang hidup selaras dengan prinsip logo, sehingga mereka dapat mengatasi persepsi yang salah tentang apa yang baik dan buruk. Ia mengajarkan bahwa hal-hal di luar kendali, seperti kesehatan dan popularitas, tidak relevan dan tidak dapat dikategorikan sebagai baik atau buruk.
Buku Meditations karya Kaisar Romawi yang ditulis hampir dua milenium yang lalu masih relevan dengan kehidupan masa kini yang penuh tekanan. Buku ini mengandung unsur mindfulness yang mengajak pembaca untuk fokus pada tindakan saat ini, melepaskan beban kekhawatiran akan masa depan, dan melupakan masa lalu.
Melalui buku ini, Marcus memberikan motivasi untuk berhenti overthinking dan memikirkan pendapat orang, serta menganjurkan untuk melakukan tindakan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar. Marcus meyakinkan bahwa diri kita memiliki kemampuan untuk hidup bebas dari tekanan dan merasakan kedamaian dalam pikiran, bahkan jika orang lain berteriak melawan kita.
Oleh karena itu, disarankan untuk mengambil waktu untuk merenungkan ajaran buku Meditations, yang telah menjadi acuan para pemikir dan negarawan di seluruh dunia selama berabad-abad, dan memulai perjalanan untuk memahami diri sendiri dan dunia.
Pesan Moral Buku Meditations
Buku Meditations mengajarkan agar kita hidup sesuai dengan alam semesta yang terus berubah. Meskipun perubahan dapat membawa manfaat atau kesulitan, kita tidak bisa mengendalikannya. Namun, kita dapat mengendalikan cara kita merespons perubahan tersebut.
Marcus Aurelius sering mengingatkan agar tidak terlalu khawatir dan memikirkan hal-hal yang tidak bisa kita kontrol. Sebaliknya, kita sebaiknya fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti mengendalikan pikiran kita sendiri dengan memilih pikiran yang penting untuk dipikirkan.
Buku Meditations mengajarkan untuk tidak terpaku pada masa lalu dan khawatir tentang masa depan. Sebaliknya, kita harus fokus pada saat ini dan melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan melakukan hal yang baik sekarang, kita dapat memperbaiki kesalahan di masa lalu dan menanamkan kebaikan untuk masa depan.
Marcus Aurelius juga mengajarkan untuk mencintai diri sendiri dengan berhenti terlalu memperdulikan pendapat orang lain. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain pikirkan tentang kita dan jika mereka berpendapat negatif, itu tidak berarti kita buruk. Kita harus belajar untuk mencintai dan menerima diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H