Mohon tunggu...
Epetebang
Epetebang Mohon Tunggu... Wiraswasta - untaian literasi perjalanan indah & bahagiaku

credit union, musik, traveling & writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa CU di Kalimantan Barat?

8 Oktober 2021   22:37 Diperbarui: 8 Oktober 2021   22:42 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernyataan Raiffeisen, pendiri CU

Pernyataan Raiffeisen, pendiri CU
Pernyataan Raiffeisen, pendiri CU

Di Negara lain di Asia saja, yang CU nya sudah berkembang baik sejajar lembaga lain, seperti Korea Selatan dan Nepal, Negara memberikan wewenang khusus kepada federasi nasional di negaranya untuk secara mandiri mengatur CU dengan standar yang sama untuk semua CU di sana.

Pandangan dasar Raiffeisen yang sampai saat ini masih dipraktikkan CU ada lima. Yakni (1). kemiskinan disebabkan cara berpikir yang keliru; (2). kesulitan kaum miskin hanya dapat diatasi oleh kaum miskin  itu sendiri (3). kaum miskin harus mengumpulkan uang  bersama  dan meminjamkan kepada sesama mereka; (4). pinjaman harus digunakan untuk tujuan produktif  yang dapat meningkatkan penghasilan (5). jaminan pinjaman adalah watak si peminjam.

Intinya, misi CU adalah "Peoples helping peoples to help themselves to improve quality or life": anggota menolong dirinya sendiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Warga Kalbar mesti bangga, karena ada banyak CU di provinsi lain didirikan setelah mereka belajar, magang di CU di Kalbar. Secara nasional, jika bicara CU maka Kalbar adalah kiblatnya, ikon nya. Tiga CU dan KSP terbesar di Indoensia ada di Kalbar, yakni CU Lantang Tipo, CU Pancur Kasih dan CU Keling Kumang. Satu dari dua federasi nasional koperasi simpan pinjam, kantornya di Kalbar, yakni Puskopcit Credit Union Indonesia (PUSKOPCUINA).

Anggota CU di Kalbar dari beragam profesi, suku, agama, ras. Mayoritas rakyat kecil, petani, nelayan, buruh, hingga tokoh dan pejabat anggota CU. Gubernur Kalbar, H. Sutarmidji juga anggota CU; begitu juga Gubernur sebelumnya, Bapak Cornelis, juga anggota CU. Tak terhitung polisi, tentara, ASN, pegawai swasta, dokter, wartawan, pengacara, dll yang menjadi anggota CU.

CU di Kalbar sudah menjadi gerakan sosial dan ekonomi. Saya ingat ketika paska kerusuhan berbau rasial di masa lalu di Kalbar, melalui CU inilah rekonsiliasi dan perdamaian dirajut. Melalui kegiatan pendidikan, pelatihan untuk anggota yang terdiri dari Bergama etnis, agama, keharmonisan pelan-pelan dirajut.

Dalam konteks gerakan diatas, sangat bisa dipahami mengapa ketika ada isu CU "diusik",  respon masyarakat sangat luas, apalagi ini terkait dengan hak hidup orang kecil. Sulit dibayangkan 1,2juta anggota CU di Kalbar melakukan reaksi yang sama.

Semoga kasus ini menjadi refleksi bersama antara pengurus, pengawas, manajemen credit union serta pemerintah, khususnya aparat penegak hukum. Mari bergandengan tangan memberikan kontribusi untuk bangsa ini. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun