Mohon tunggu...
Ki Ageng Joloindro
Ki Ageng Joloindro Mohon Tunggu... -

dari Pekalongan untuk Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran: Kebersamaan, Maaf-maafan dan Makanan

3 September 2010   17:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:28 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ditilik dari jenis makanan yang dibagikan dan dibawa pulang oleh orang-orang, sebenarnya tidak ada yang makanan khusus khas lebaran, semuanya adalah makanan yang bisa ditemui sehari-hari dengan mudah. Namun, keragaman dan campur-aduknya makanan tersebut bisa menjadi sebuah perlambang bahwa dalam berlebaran, semua umat muslim dari berbagai tingkatan sosial dan latar belakang bertemu dan berbaur menjadi satu untuk saling memaafkan.

Tradisi selanjutnya adalah makan gratis. Kegiatan ini biasanya diadakan oleh sekumpulan warga yang tinggal dalam satu gang. Orang-orang dipersilahkan untuk menyantap makanan dan jajanan yang telah dipersiapkan oleh warga di sepanjang gang tanpa dipungut bayaran. Mereka cukup membayarnya dengan kupon gratis yang telah dibagikan oleh penyelenggara. Masing-masing orang diberi tiga kupon. Beraneka makanan dan jajanan yang disediakan oleh warga di sepanjang gang, mulai dari es campur sampai rujak, pecel sampai mie ayam, jus sampai bakso. Penyelenggara mewajibkan setiap rumah di sepanjang gang untuk menyediakan makanan atau jajanannya sendiri.

Acara makan gratis ini selalu ramai oleh pengunjung. Tidak hanya dimanfaatkan oleh warga sekitar, tapi juga oleh warga dari desa-desa tetangga, terutama anak-anak dan remajanya, sebagai ajang untuk berkumpul dan menikmati keramaian. Beberapa gang menyelenggarakan acara ini pada waktu-waktu yang berbeda selama lebaran. Semisal, malam ketiga lebaran acara makan gratis diadakan di gang Melati, maka pada malam keempat dan seterusnya diadakan di gang Mawar atau gang Seroja.

Lewat tradisi-tradisi tersebut, secara sosial kemasyarakatan, masyarakat hendak memanfaatkan lebaran benar-benar sebagai momen bersama, momen di mana semua orang dari lapisan atas hingga lapisan bawah bertemu, berkumpul, bertatap muka, saling berbicara, saling memaafkan. Jika pada hari-hari biasanya mungkin masing-masing orang disibukkan dengan urusan pekerjaannya, maka pada saat lebaran, semua dileburkan dalam kehangatan dan kemeriahan lebaran.

Terlepas dari makanan, Lebaran tentu saja adalah momen bagi setiap warga masyarakat untuk bersua dan bermaaf-maafan. Malam pertama lebaran, semua pemuda dan anak-anak akan berkumpul di masjid untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan. Setelah itu, mereka akan berbondong-bondong bagai pasukan, menyambangi rumah demi rumah untuk ber-minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir batin.

allahu akbar allahu akbar allahu akbar laa ilaaha illallahu allahu akbar allahu akbar wa lillahilhamdu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun