Mohon tunggu...
Paksi Jaladara Bintara
Paksi Jaladara Bintara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa salah satu universitas ternama di kota Makassar

Bercita-cita menjadi raja iblis, tapi berakhir menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bentrok Mahasiswa Antarfakultas Adalah Budaya Buruk yang Masih Dilestarikan di Universitas Negeri Makassar

6 November 2024   12:59 Diperbarui: 6 November 2024   18:57 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak ada informasi valid kenapa hal demikian berulang kali terjadi dan berakhir menjadi budaya yang masih dilestarikan sampai saat ini. Namun, berdasarkan informasi dari mulut ke mulut, bentrok ini terjadi karena diduga adanya campur tangan oknum di balik layar demi kepentingan pribadi dan politik di lingkup universitas yang tidak ada habisnya.

Meskipun lembaga kemahasiswaan meminta birokrasi UNM untuk menyelesaikan permasalahan ini, bahkan akun shitpost kampus UNM pun ikut menyuarakannya, tapi birokrasi UNM masih saja tidak serius menanggapi kekerasan yang berulang kali terjadi di lingkungan kampus. Entah karena alasan apa birokrasi UNM masih saja tampak tidak peduli, alih-alih memelihara ketololan dan kekerasan di lingkungan kampus.

Betapa Mengerikannya Orang Tolol dan Penuh Kebencian

"Bersikeraslah menjauh dari kebodohan. Kita tahu betapa mengerikannya menjadi orang tolol dan penuh kebencian," demikianlah ucapan salah satu dosen saya setelah menyaksikan bentrok antarfakultas. Saya masih saja terkesan dengan ucapan beliau, meski sudah terlampau tiga pekan semenjak beliau mengatakannya. Secara tidak langsung, ucapan beliau merujuk pada pentingnya pendidikan. Namun, para oknum-oknum yang melakukan bentrok tampaknya lebih mementingkan kekerasan dan kebencian. Padahal kekerasan dan kebencian hanya akan menimbulkan kekerasan dan kebencian pada pihak lainnya, seterusnya akan begitu dan akan menimbulkan rentetan kerugian yang tiada habisnya sampai salah satu pihak mengalah untuk menurunkan egonya.

Pada akhirnya, penyelesaian bentrok antarfakultas yang menjadi budaya di UNM tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada para birokrasi, melainkan perlunya kesadaran dari mahasiswa itu sendiri untuk memakai akal sehat dan sikap skeptis untuk tidak mudah terprovokasi oleh adanya doktrin-doktrin para oknum leluhur kampus—yang juga diduga ikut andil dalam memicu bentrok antarfakultas.

Tujuan kita melanjutkan pendidikan ke universitas adalah beradu gagasan dan ilmu pengetahuan, bukan untuk beradu ketololan dan kekerasan. Orang tua dan sanak famili membiayai kuliah dengan harapan kita bisa meraih gelar sarjana, bukan meraih gelar preman atau pelaku kriminal yang tidak ada gunanya.

Kekuatan yang kalian—para oknum pelaku bentrok—tunjukkan dengan kekerasan tidak pernah membuat kami terkesan, alih-alih memandang kalian dengan jijik sebagai sosok yang primitif. Kepada Rektor UNM yang slogannya mengusung "Humanis", kami harap Bapak dapat mengemban tanggung jawab sebagai rektor untuk menciptakan lingkungan UNM yang humanis dan mengakhiri birokrasi yang masih juga belum menyatakan tindakan tegasnya terhadap seluruh kekerasan yang mengakar di universitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun