Di saat seperti itu, aku sering merasa frustasi. Rasanya tulisan yang ingin aku hasilkan selalu terasa berat. Seperti beban yang tak kunjung hilang. Pikiran-pikiran negatif pun mulai datang, mempertanyakan apakah aku benar-benar mampu menjadi seorang blogger. Ketidakpastian itu membuat aku ingin menyerah.
Setiap kali aku menghadapi hambatan, aku selalu mengingat satu hal penting dari Dosenku. Bahwa menulis itu membangun kebiasaan. Jadi apapun itu, berarti atau tidak dan sempurna maupun tidak maka aku tetap harus menulis. Menulis bukan selalu tentang mengejar kata yang sempurna, tapi juga tentang menghadapi momen di mana inspirasi sulit didapat. Itu adalah bagian dari perjalanan menjadi seorang penulis blog.
Aku pun mulai meresapi bahwa kadang aku harus memberi diriku izin untuk mengalami hari-hari sulit. Aku boleh merasa tidak produktif, boleh merasa lelah dan boleh merasa frustasi. Tapi yang paling penting adalah aku tidak pernah berhenti. Aku belajar untuk mengambil istirahat sejenak, memberi diri sendiri waktu untuk melepaskan tekanan. Mencari inspirasi di luar sana, mungkin dengan pergi jalan-jalan atau bicara dengan teman sambil ngopi.
Kegundahan adalah bagian alami dari perjalanan menjadi blogger. Aku selalu ingat bahwa melalui kesabaran dan tekad bisa mengatasi hambatan. Seiring berjalannya waktu, aku semakin mengerti bahwa menulis adalah proses yang terus berkembang. Dan yang paling penting adalah terus berusaha. Tidak pernah ada batasan waktu untuk mengejar mimpi menjadi seorang blogger sungguhan. Aku berkomitmen untuk terus berjalan, bahkan ketika kegundahan mencoba menghampiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H