Banyak sekali masyarakat yang sambat, bahkan menjerit tapi harganya tetap saja. Bahkan di daerah kecamatan lain ada yang sampai tembus Rp 27 ribu sampai Rp 30 ribu. Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan LPG di kota Nganjuk?
Pihak Pertamina saat dikonfirmasi KOMPAS.com mengenai kelangkaan LPG menyarankan untuk membeli di pangkalan (sumber berita).
Apakah itu memberi solusi? Lebih lanjut Pihak Pertamina mengklaim ada 850 pangkalan di Nganjuk yang itu lebih banyak daripada jumlah desa di Nganjuk. Pertamina membantah bahwa tidak ada kekurangan stok pada jumlah LPG padahal telah terjadi kelangkaan.
Pihak Pertamina tidak ada yang sempat memastikan apakah stok LPG di pangkalan itu tersedia atau tidak. Kalau tersedia bagaimana dengan harganya, karena walaupun ada tapi jumlahnya hanya sedikit tentu harganya menjadi mahal.
Dari sumber berita yang lain, diperoleh keterangan berbeda mengenai penyebab kelangkaan LPG (sumber berita). Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Kepolisian Sektor Jatikalen, AKP Suparyanto. Beliau mengatakan bahwa, "Penyebab kelangkaan LPG adalah terdapat ketidakseimbangan antara jumlah stok LPG 3 KG dari agen ke pangkalan gas dengan kebutuhan masyarakat dan keterbatasan pangkalan gas di desa-desa wilayah kecamatan Jatikalen."
Dari sana kita seperti melihat bagaimana proses keseriusan penanganan atas perekonomian wong cilik. Terkesan ada saling lempar tanggung jawab untuk masalah ini. Seperti tidak ada yang punya kewenangan atas naiknya harga LPG yang tidak sesuai HET.
Nasib bagi para pedagang kaki lima hanya bisa menjerit entah suaranya didengar atau tidak. Harus mafhum karena waktu Pemilu masih kurang 1 tahun lagi. Juga harus menerima dengan senang hati karena keluhan sudah mendapatkan respon dari Pemerintah Daerah (sumber berita).
Semoga Nganjuk beruntung dan masalah kelangkaan LPG berangsur membaik. Tidak ada sebab penimbunan yang terbongkar, lalu apa masalah sebenarnya sampai LPG langka dan harganya melangit? Aneh, benar-benar aneh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H