Aneh memang sudah 2 minggu ini Nganjuk, Jawa Timur mengalami langka LPG. Padahal kota yang terdekat seperti Kediri, Madiun dan Jombang tidak mengalami hal yang sama.
Sebenarnya saya awalnya tidak ingin mengulas kelangkaan LPG. Tapi dikarenakan beberapa grup Facebook Kuliner Nganjuk banyak pedagangnya yang curhat jadi tidak tega untuk ikut memberi coret-coret sedikit.
Kejadian pertama itu sekitar 14 hari yang lalu, saat saya kehabisan LPG. Saat itu saya mencari di beberapa toko tetangga sekitar tapi semuanya mengatakan habis. Beruntung di tempat tetangga yang lumayan jauh saya masih kebagian dan masih bisa membawa pulang LPG.
Sebenarnya saya saat itu biasa saja, mungkin memang menepati kosong. Saat mencari ketepatan di beberapa toko banyak sekali yang kehabisan stok. Saya baru sadar kalau LPG mulai langka saat istri bercerita di Nganjuk sudah mahal lihat dari status WA temannya.
Saat itu saya sempat mencari LPG dengan tingkat kesulitan di luar biasanya. Meski akhirnya mendapatkan LPG dengan harga masih sama yaitu Rp 18 ribu. Itupun dengan sisa stok yang tersedia hanya 1 di toko itu.
Hari Kamis kemarin (15/06/2023) karena mengalami kehabisan LPG, saya mencoba untuk mencari LPG. Kabarnya jika mencari di pangkalan harus membawa fotokopi KTP. Jatah setiap orang hanya boleh membawa 1 buah tabung LPG.
Mumpung waktu masih pagi saya berangkat untuk mencoba di toko tetangga. Siapa tahu tidak perlu ke pangkalan LPG yang jaraknya lumayan jauh. Beruntung di satu toko yang didatangi sudah tersedia LPG, tapi saat saya tanya harganya sudah tembus Rp 24 ribu rupiah.
Tanpa pikir panjang LPG saya ambil dan saya berikan uangnya. Harus tetap bersyukur karena saya tidak mengalami kesulitan seperti yang diceritakan beberapa tema di FB harus antri 1 minggu dan masih banyak cerita sulit lainnya. Harga tidak jadi persoalan yang penting ada dan dapur bisa tetap ngebul.
Mungkin bagi kami yang kebutuhan LPG hanya untuk memasak tidak seberapa soal. Tapi bagi para pejual yang notabene setiap waktu memasak menggunakan LPG menjadi permasalahan. Dengan harga yang tidak normal itu tentu mereka akan mengalami kerugian.
Banyak sekali masyarakat yang sambat, bahkan menjerit tapi harganya tetap saja. Bahkan di daerah kecamatan lain ada yang sampai tembus Rp 27 ribu sampai Rp 30 ribu. Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan LPG di kota Nganjuk?
Pihak Pertamina saat dikonfirmasi KOMPAS.com mengenai kelangkaan LPG menyarankan untuk membeli di pangkalan (sumber berita).
Apakah itu memberi solusi? Lebih lanjut Pihak Pertamina mengklaim ada 850 pangkalan di Nganjuk yang itu lebih banyak daripada jumlah desa di Nganjuk. Pertamina membantah bahwa tidak ada kekurangan stok pada jumlah LPG padahal telah terjadi kelangkaan.
Pihak Pertamina tidak ada yang sempat memastikan apakah stok LPG di pangkalan itu tersedia atau tidak. Kalau tersedia bagaimana dengan harganya, karena walaupun ada tapi jumlahnya hanya sedikit tentu harganya menjadi mahal.
Dari sumber berita yang lain, diperoleh keterangan berbeda mengenai penyebab kelangkaan LPG (sumber berita). Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Kepolisian Sektor Jatikalen, AKP Suparyanto. Beliau mengatakan bahwa, "Penyebab kelangkaan LPG adalah terdapat ketidakseimbangan antara jumlah stok LPG 3 KG dari agen ke pangkalan gas dengan kebutuhan masyarakat dan keterbatasan pangkalan gas di desa-desa wilayah kecamatan Jatikalen."
Dari sana kita seperti melihat bagaimana proses keseriusan penanganan atas perekonomian wong cilik. Terkesan ada saling lempar tanggung jawab untuk masalah ini. Seperti tidak ada yang punya kewenangan atas naiknya harga LPG yang tidak sesuai HET.
Nasib bagi para pedagang kaki lima hanya bisa menjerit entah suaranya didengar atau tidak. Harus mafhum karena waktu Pemilu masih kurang 1 tahun lagi. Juga harus menerima dengan senang hati karena keluhan sudah mendapatkan respon dari Pemerintah Daerah (sumber berita).
Semoga Nganjuk beruntung dan masalah kelangkaan LPG berangsur membaik. Tidak ada sebab penimbunan yang terbongkar, lalu apa masalah sebenarnya sampai LPG langka dan harganya melangit? Aneh, benar-benar aneh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H