polisi yang sangat jujur.
Saya tidak tahu sumber cerita ini darimana, namun tiba-tiba mampir di dinding pencarian saya. Cerita ini bercerita tentang seorangSuatu hari, ada seorang pengemudi yang melanggar lampu merah di depannya. Polisi itu mengejarnya dan saat pengemudi itu berhenti, polisi itu berkata, "Maaf, Pak. Saya mengejar Anda karena Anda telah melanggar lampu merah. Namun sayangnya, saya tidak punya pena untuk menulis tilang. Jadi, mohon berjanji pada saya bahwa Anda tidak akan melanggar aturan lalu lintas lagi".Â
Pengemudi itu kaget dengan sikap polisi yang sangat jujur dan dengan cepat berjanji, "Tentu saja, Pak Polisi. Saya berjanji tidak akan melanggar aturan lalu lintas lagi".Â
Polisi itu tersenyum dan berkata, "Baiklah, terima kasih. Anda bisa melanjutkan perjalanan Anda sekarang".
Seperti cerita lama keduanya sudah saling memahami kemudian saling bersalaman. Pelanggaran selesai dengan cara damai dan keduanya pun berpisah dengan arah yang berlawanan.
Adakah yang janggal dengan kisah cerita di atas? Silakan cari dan tebak-tebak sendiri saja!
***
Kisah kedua, sebuah cerita humor fenomenal yang datang dari almarhum KH Abdurahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur. Beliau pernah ditanya mengenai sosok polisi jujur di Indonesia?
Tokoh yang terkenal dengan ungkapan khas, gitu aja kok repot ini menjawab, "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia, patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng".
Begitulah jawaban guyonan Gus Dur yang penuh kritikan dan kadang membuat merah telinga para polisi.
****
Ada lagi satu kisah menarik yang saya peroleh setelah menonton channel Youtube Akbar Faizal Uncensored. Saya teringat dengan kutipan wawancara I Gede Pasek Suardika saat menjadi Pengacara Mohammab Subchi Azal Tsani atau lebih dikenal dengan Mas Bechi.
Mas Bechi adalah seorang Gus, putra KH Muhammad Mukhtar Mukhti, Pengasuh Ponpes Shidiqiyyah Jombang.
Dalam wawancara tersebut I Gede mengulang dawuh sang Kiai, "Jangan permalukan pondok pensantren saya, nanti aib Anda akan terbuka". Perkataan itu disampaikan saat para polisi menggeledah pondok dengan arogan.
Disampaikan juga oleh I Gede mengenai pernyataan simbolis sang Kiai, "Bintang-bintang akan berjatuhan, melati berserakan, dan putung-putung terapung".
Ada berapa bintang sampai hari ini yang telah jatuh?
Setelah peristiwa itu, institusi ini seakan terus dirudung duka dan malapetaka. Seakan mengikis habis tingkat kepercayaan masyarakat kepadanya.
Entah ada kaitannya atau tidak? Mulai dari kasus pembunuhan yang dilakukan Inspektur Jenderal Ferdy Sambo bersama drama yang sangat pelik menyelimuti di dalamnya. Kemudian kasus Narkoba Polisi terkaya Irjen Teddy Minahasa.
Dari kedua kasus itu saja bisa menjadi bukti bahwa kritikan Gus Dur masih relevan sampai sekarang. Kalau dulu ada kisah Jenderal Hoegeng sebagai penggambaran polisi baik. Baru-baru ini kita telah diperkenalkan dengan tokoh polisi yang tidak baik yakni kedua Jenderal tersebut.
Saya menulis tulisan berjudul "Setelah Polisi Tidur Ganti Polisi RW" sambil takut-takut meski di siang hari yang terang karena pernah ada kejadian yang menulis humor Gus Dur saja dipanggil Kapolres untuk klarifikasi (news.detik.com, 19 Juni 2020).
Ijinkan saya menutup tulisan dengan pertanyaan penasaran saya. Andaikan almarhum Gus Dur masih hidup, apakah mungkin Polisi RW termasuk polisi jujur?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H