Di sisi kiri dan kanan Mihrab, terdapat istilah Jawa Condro Kolo (tulisan yang menunjukkan watak bilangan) berbunyi "Adege Mesjid ing Toya Mirah" dengan Sengkalan "Toto Caturing Pandito Hamadangi" yang berarti berdirinya Masjid di tanah ini tahun 1745.
Masih menurut Harimantidjo bahwa masjid ini telah mengalami pemugaran dan penambahan bangunan. KH.Dahlan yang merupakan seorang Penghulu Kabupaten Nganjuk pada tahun 1950 memperbaiki tembok, atap dan lantai. Tembok yang awalnya belum diplester lalu diperbaiki dan diplester. Sedangkan lantainya ditegel dan atapnya yang semula sirap diganti genteng.
Pada tahun 1986 diadakan pemugaran bangunan lagi meliputi ruang induk 14 x 13,5 M. Kemudian serambi I ukuran 14 x 9,5 M dan serambi II ukuran 14 x 5 M. Dan juga ada penambahan bangunan baru meliputi menara adzan setinggi 10 M serta tempat wudhu 10 x 3 M dan pagar depan sepanjang 35 M.
Menilik dari usia yang sangat tua, masjid ini patut menjadi salah satu referensi kalian untuk menjadi wisata religi masjid nusantara.
Sumber tulisan: www.pa-nganjuk.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H