Telah banyak ulama kharismatik yang lahir dari pesantren-pesantren yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh tersebut merupakan hasil tempaan pendidikan pesantren yang selalu bertranformasi menyesuaikan perubahan zaman tanpa mengubah ciri khasnya.
Sebagaimana dikutip dari nu.or.id bahwa tujuan NU didirikan tahun 1926 adalah untuk menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama pesantren.
Lebih jauh lagi, penyatuan dilakukan dalam rangka tugas pengabdian yang tidak lagi terbatas pada soal kepesantrenan dan kegiatan ritual keagamaan semata.
Tetapi lebih ditingkatkan lagi pada kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya.
Berdiri pada tahun 1926, ada tenggang jarak kurang lebih 19 tahun masa berdiri NU dengan sebelum Indonesia merdeka. Sehingga kemerdekaan sedikit banyak merupakan hasil usaha bersama dari para kalangan pesantren, meski banyak juga yang membantu dari kalangan non pesantren.
Ibarat sebuah pabrik kendaraan, NU adalah penyedia suku cadang terbesar. Di mana semua kadernya menempati tempat untuk kemerdekaan dan kemajuan dalam bernegara.
Dulu, tokoh tersebut menjadi lokomotif penggerak perjuangan kemerdekaan. Pada masa sekarang mengisinya dengan semangat besar para muassis-muassis NU.
Sebagaimana dawuh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar "Allah akan mengirim setiap awal dan akhir 100 tahun seorang pemimpin yang akan menyegarkan kembali kekeroposan. Sama halnya dalam tubuh jam'iyah, Allah akan mengirimkan kader terbaik untuk menyegarkan kembali organisasi yang dirintis oleh muassis NU,".
Jadi dengan adanya kegiatan 1 abad NU dengan jumlah massa yang besar adalah masa awal keemasan. Mereka adalah kader militan NU yang dari dulu memperjuangkan negara yang memang sebelumnya tidak berkesempatan untuk menampakkan eksistensinya.
Sebagai bentuk moderasi beragama, penulis meyampaikan selamat dan sukses 1 Abad Nahdlatul Ulama, merawat Jagad membangun Peradapan.
Sumber bacaan: website nu.or.idÂ