orang tua. Bahayanya ketika banyak orang tampaknya kurang menyadari hal ini. Pada dasarnya perilaku anak adalah cerminan wajah perilaku orang tua. Sehingga kurang bijak jika menimpakan semua kesalahan itu pada anak.
Anak berperilaku tak lebih meniruSaat anak melakukan kesalahan ada andil orang tua. Pertama karena anak belum mengerti. Kedua, karena anak hanya ikut-ikutan. Ketiga, karena tidak mempunyai dasar perilaku yang jelas. Semua itu merupakan tanggungjawab orang tua untuk mengenalkan agar perilaku tidak baik bisa dicegah.
Dari hal tersebut orang tua perlu mengamati lebih detail beberapa hal yang menjadi penyebab dan pemicu anak bisa berperilaku menyimpang/tidak baik maupun kriminal berikut:
- Keinginan Untuk Memiliki
Rasa ingin yang berlebihan ini mengakibatkan anak untuk bisa mewujudkannya. Sehingga cara apapun ditempuh untuk mendapatkan keinginannya tersebut.
Tak jarang cara yang digunakan tidak tepat sehingga mengakibatkan perilaku yang bertentangan dengan keadaan dan lingkungan sosial. Hal ini terkadang juga tidak begitu disadari oleh anak yang bersangkutan.
- Tidak ada pendidikan keteladanan
Pada masa ini jarang orang tua yang memberi contoh keteladanan pada anaknya. Akibatnya anak belajar dari tokoh lain yang belum tentu sesuai dengan realitas kehidupannya.
Anak menjadi tidak percaya diri untuk meneladani orangtuanya sendiri. Bahayanya mereka lebih mengidolakan sosok dan tokoh idola dari dunia maya. Beruntung jika tokoh tersebut meneladankan sikap kebaikan-kebaikannya.
- Ingin menarik perhatian
Tidak jarang anak melakukan hal kriminal untuk mendapatkan sensasi perhatian. Baik dari orangtuanya sendiri maupun orang sekitarnya. Mereka belum bisa memikirkan dampak baik dan buruknya.
Ketika anak sudah mendapatkan perhatian sekali, mereka akan merasa kecanduan untuk melakukannya. Lagi dan lagi. Semua itu hanya dilakukan anak untuk memperoleh perhatian, terutama orang tua yang jarang menemani kesehariannya.
- Lingkungan pergaulan
Pergaulan turut berpengaruh terhadap perilaku anak. Dengan kata lain bergaul dengan anak yang memiliki kebiasaan baik akan mempengaruhi anak untuk berbuat hal positif. Begitu juga sebaliknya.
Sebagai orang tua yang baik sudah selayaknya jika menempatkan anak untuk selalu memperoleh lingkungan pergaulan yang positif. Karena hal ini memiliki peran dan andil besar dalam mempengaruhi perilaku anak kedepannya.
***
Dalam tata kehidupan masyarakat, khususnya Indonesia ada norma yang harus dipedomani. Norma adalah salah satu petunjuk untuk melakukan sebuah perbuatan. Salah satunya ada norma susila yang hari ini pudar tergilas arus globalisasi.
Banyak orang melakukan perbuatan melampaui batas norma susila hanya untuk mendapatkan sebuah viral. Kini, menjadi booming adalah impian setiap orang. Semua berlomba hanya untuk mendapatkan like dan bintang di media sosial. Hal itu tidak diperhatikan orang tua dan justru jika ada anak bisa viral cenderung bangga. Apapun bentuknya.
Usia anak masih usia labil, belum sepenuhnya paham batas norma tersebut. Acapkali perilaku anak ini melebihi batas norma bahkan melanggar norma yang telah ada. Akibatnya, tontonan itu menjadi tuntunan yang menyesatkan.
Dari gramedia.com bahwa berdasarkan jenisnya ada empat jenis norma. Beberapa jenis norma tersebut kiranya perlu ditanamkan dalam diri anak agar setiap melakukan perbuatan ia paham dan mengerti bahwa yang ia lakukan baik atau tidak.
Pertama, Norma Hukum
Norma yang telah ditetapkan oleh negara untuk menjadi warga negara yang baik. Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk andil sejak dini membiasakan untuk menaati setiap hukum yang berlaku. Semisal dengan memakai helm jika mengajak anak berkendara motor.
Kedua, Norma Kesopanan
Norma ini mengatur tentang tatacara kehidupan setiap individu dengan masyarakat. Baik di dunia maya atau realita lingkungan sosial yang mencakup regional, nasional maupun global. Pengaruh medsos yang masif sehingga perlu pendampingan terus menerus dari orang tua untuk mengcover dampaknya tersebut.
Ketiga, Norma Kesusilaan
Sumber dari norma ini adalah hati nurani yang suci. Akibat pelanggarannya akan menimbulkan perasaan bersalah, menyesal dan malu yang sangat besar. Seorang anak akan kesulitan untuk melaksanankan norma ini, dikarenakan sulit untuk diajarkan. Kalau bukan orang tua yang memberikan panutan, siapa lagi?
Keempat, Norma Agama
Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber dari norma agama. Ada 6 agama resmi yang diakui di Indonesia, sehingga ada 6 perbedaan larangan dan perintah. Maka kewajiban orang tua untuk menjadi tauladan pengamalan agamanya masing-masing sehingga tidak ada bentrokan pemahaman dalam hal beragama.
Maka tepatlah ungkapan yang menyatakan, "Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial bagi anak". Sehingga asas peradilan pidana anak penerapannya perlu menimbang proporsi keterlibatan peran serta orang tua dalam menjadi guru. Sudahkah menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H