Setelah lulus sekolah setingkat SMA, aku harus terminal atau berhenti meneruskan. Bukan apa-apa, aku terminal setahun untuk mencari tambahan pengalaman sekaligus tabungan untuk kuliah. Aku sama sekali tidak bermimpi untuk kuliah di luar kota.
Selain biaya kuliah luar kota mahal, belum biaya hidup. Mulai dari biaya kos, makan kemudian tranportasi dan sebagainya. Semuanya berat di ongkos, sehingga aku memutuskan kuliah di tanah kelahiranku. Minimal tempat tinggal dan makan aku sudah ikut Emak. Tinggal mencari uang saku untuk mobilitas dan kuliah.
Kuliah strata 1 yang seharusnya ditempuh cukup 4 tahun, aku tempuh 5 tahun. Molor setahun dikarenakan harus mencari tambahan cuan untuk bayar kuliah. Bahkan sempat di awal kuliah Emak menggadaikan BPKB motor butut bapak buat membayar uang kuliah pertama kali. Ternyata uang kuliah yang kelasnya pinggiran saja tidak mampu dibayar kontan.
Semenjak itulah kegiatanku super padat. Namun karena latihan yang diberikan emak sejak kecil telah membuatku kebal dan kuat dengan disiplin kuliah. Meski disela semua itu, aku tetap prioritas juga mencari tambahan cuan.
Setelah 5 tahun aku lulus, namun semua tak sesuai harapan. Hampir setahun aku menjadi sarjana pengangguran. Jadi gunjingan tetangga. Bahkan saat itu Emak sempat menawarkan kalau memang harus bayar untuk mengajar di sekolah tidak apa-apa. Tapi pada waktu itu, aku yang sok idealis tidak mau.
Tepat setahun aku menganggur, akhirnya aku mendapat tempat mengajar meski di luar kota. Di sana pengalamanku di tempa, jauh dari emak. Pada saat itulah ujian terberatku. Tapi di sana juga aku benar-benar tumbuh menjadi anak emak yang dewasa.
Kemudian aku menikah, akan tetapi semangat meneruskan jenjang pendidikan lebih tinggi belum padam. Bahkan setelah menikah keinginaku melanjutkan strata 2 tambah menggebu. Dan bisa sampai lulus karena super power dari 2 emak (emak-emak). Emak-ibuku dan emak-dari anakku.
Terimakasih Emak-emak, engkau inspirasi tak bertepi dan tak lekang waktu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H