Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola

5 Kelemahan Harus Diperbaiki STY, Usai 3 Kekalahan Beruntun Timnas U-23

14 Mei 2024   16:25 Diperbarui: 14 Mei 2024   21:42 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedalaman skuad harus ditingkatkan, artinya bagaimana membentuk pemain bisa menghadapi segala situasi dengan sama baiknya, entah itu pemain yang regular tampil, atau cadangan.

Kalau bisa tidak ada gap antara yang tampil regular dengan yang menit bermainnya minim, sehingga tidak perlu "galau" pada pertandingan-pertandingan penting.

5. Pelanggaran
Kerasnya kompetisi di semua level di Indonesia, sedikit banyak mempengaruhi kemampuan melakukan pelanggaran terhadap lawan. Masih terlalu emosional ketika melanggar lawan, sehingga wasit mudah mengambil keputusan untuk memberikan hukuman yang berat yang berbuntut kartu kuning, merah, bahkan penalty.

Beberapa pemain yang main di Eropa sudah lebih baik, dalam ekspresi pelanggaran. Bukan bermaksud bahwa pemain harus sedikit berakting untuk mengelabuhi wasit-wasit yang murah kartu dan menghukum dengan berat.

Pelanggaran injak kaki di Piala Dunia 2022 jarang yang berbuah kartu merah, bahkan kartu kuning pun dan yang tidak, karena cara melakukan pelanggaran tidak menunjukkan kekerasan mencederai lawan.
Sebisa mungkin, meskipun pelanggaran tetap buruk,  tentu melakukan pelanggaran yang baik pun bisa dilakukan, yaitu pelanggaran yang tidak berbuah hukuman berat.

Apakah ada caranya ?
Kita bisa lihat kembali  pemain Jepang, mereka juga berbuat pelanggaran, tetapi jarang fatal. Biasanya pelanggaran yang membuat wasit gampang membuat keputusan,  adalah pelanggaran yang langsung.

Pemain Jepang sangat pintar dalam melakukan pelanggaran. Mereka melakukan dengan dua tahap, yang pertama benturan fisik baru melakukan pelanggaran, ini bisa mengelabui wasit karena pelanggaran terlihat tidak terlalu keras, karena terbagi konsentrasinya.

Kemudian jarak antar pemain juga menentukan. Jangan membuat pelanggaran dengan posisi yang berjarak dengan lawan, karena ini akan terlihat sangat keras oleh wasit, dan lawan bisa berakting karena menerima pelanggaran keras.

Pelanggaran Ramadhan Sananta,berbuah kartu merah, karena jaraknya terlalu jauh dan posisinya di belakang lawan.

Tentu saja bukan hanya 5 kelemahan itu yang menyebabkan kita kalah. Pemain dan tim harus selalu berpikir positif, dan mulai belajar soal mental juara, bukan hanya mental kemenangan. Semoga STY bisa memperbaikinya di Timnas Senior, yang sejauh ini juga masih jauh dari sempurna, sebab untuk bisa lolos ke babak ketiga, apalagi lolos ke babak ke-4 dan lolos Piala Dunia 2026, dibutuhkan permainan tim yang sempurna dari segala aspek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun