Banyak faktor mengapa kedua skill ini lemah. Yang pertama tentu teknik dasar  yang salah, yang tak kunjung diperbaiki, dan dianggap cukup untuk melawan tim yang levelnya di bawahnya, sehingga saat lawan memiliki level lebih tinggi sering gugup, seperti hanya menembak atau heading  saja tanpa memperhatikan kualitasnya. Akibatnya tembakan tak terarah, lemah, atau terkena blok lawan.
Yang lebih parah adalah heading, hanya beberapa pemain depan yang memiliki teknik dasar heading yang baik, mereka sering melakukan dengan buruk  jika dalam tekanan.
Teknik heading memiliki kerumitan sendiri untuk mencetak gol. Secara teknik  heading menggunakan lompatan, teknik membenturkan kepala ke bola, kelenturan  badan bagian bahu ke bawah, untuk mendapatkan titik temu yang tepat antara "jidat dan bola"dan mengarahkan bola ke gawang yang sulit dijangkau kiper.
Pemain Indonesia banyak yang tekniknya lemah, seringkali kepala tidak mencari bola untuk dibenturkan, tetapi bola sudah keburu membentur kepalanya, sehingga tak lagi bisa mengarahkan ke target.
Saya melihat ada usaha keras pelatih Indonesia di timnas seperti Fakhri Husaini sampai STY berusaha untuk memperbaiki heading. Hasilnya memang ada perbaikan tetapi masih sangat kurang kemampuannya terutama pada bola-bola hidup atau jalan.
Saat bola mati, atau passing dari pemain sayap, pemain kita juga kurang dapat berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk heading-duel dengan lawan, hasilnya seringkali tidak maksimal jika harus berebut kecepatan dengan lawan atau kiper.
Mestinya pemain sadar betul bahwa ia akan melakukan heading, sehingga  bisa melakukan scanning dalam sepersekian detik untuk menentukan target yang melumpuhkan lawan. Ini bukan soal tinggi badan, tapi bagaimana pemain mampu bergerak lebih cepat menjemput bola.
Pemain Jepang, dan pemain Timur Tengah jauh lebih bagus dalam akurasi tembakan dan heading, terutama dalam ruang-ruang sempit. Pemain Jepang menurut saya patut menjadi referensi karena akurasi tembakan, dan heading ke gawang sangat bagus.