Mohon tunggu...
Jaka Sindu TREK BOLA
Jaka Sindu TREK BOLA Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati dan pecinta sepak bola

Pemerhati dan pecinta sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Lupakan Olimpiade, Cuma Jadi Beban Pikiran

2 Mei 2024   14:15 Diperbarui: 2 Mei 2024   15:55 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditambah lagi tuntutan masuk final, oleh orang-orang Indonesia, dan kita semua yang cinta sepak bola. Kita lupa bahwa betapa sulitnya mereka menapaki prestasi ini, setelah bertahun-tahun terendam dalam jurang dan ausnya rasa percaya diri. Rangking yang nyungsep kelihatannya tidak relevan, tetapi kenyataannya timnas sepakbola Indonesia, sampai tahun-tahun ke depan, akan selalu ditempatkan pada grup-grup kompetisi yang sulit karena harus melewati tim-tim besar lebih dahulu. Harus mengalahkan satu persatu para jagoan di kelas elit sepak bola agar menjadi "Pendekar Nomor 1" alias juara.

Kami ini tim yang baru tumbuh, debutan, dan hanya dibebankan lolos 8 besar, demi mengamankan mentor yang mereka cintai Shin Tae Yong-STY, agar terus bisa mengasah permainan enjoy dan pecaya diri yang selama ini hilang. Hanya STY yang bisa dalam waktu dekat ini, bukan besok-besok STY diganti. Ini akan membuyarkan usaha membangun diri para pemain.

Maka setelah melampaui batas, menuju semi-final. Seolah-olah anak-anak  sudah kelelahan, mau gembira menikmati kemenangan saja.

Meskipun bibir terucap mereka siap menang melawan Uzbekistan,  tetapi fisik dan jiwa mereka tak mampu bangkit dari kelelahan. Kehebatan fisik yang dibangun beberapa waktu oleh STY, dan diteruskan di klub hanya bisa digunakan 40 persen saja.  

Kemenangan melawan Korsel itulah final yang sebenarnya. Beban tambahan lolos ke final, dan tiket Olimpiade terlalu berat. Itu hanya bonus saja. Mungkin itu akan menjadi mudah di tahun-tahun ke depan jika pembinaan bisa konsisten.

Momentum

Semua pemangku kepentingan merasa bahwa timnas U-23 dapat momentum. Sekarang atau tidak sama sekali. Its Now or Never. Besok-besok belum tentu.

Itulah olah-raga, hanya ada juara untuk dianggap oleh lingkungannya. Tuntutan masyarakat adalah wajar-wajar saja. Masyarakat mau prestasi walaupun mungkin terlalu instan, terlalu cepat menuntutnya.

Jangan-jangan menjadi juara juga perlu belajar, membangun mental juara, bertahun-tahun mungkin, atau secepatnya. Timnas U-23 ternyata mungkin belum bisa mewujudkan secepatnya.

Masih memiliki 2 kesempatan

Untuk Lolos Olimpiade, Indonesia masih memiliki 2 kesempatan pertama lawan Irak di perebutan ketiga, atau babak Play off melawan Guenia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun