Sebagai sebuah tim, masih terlihat komunikasi dan kesalingpengertian masih sangat kurang.
2. Pemain timnas bermain sangat individual.
Meskipun semua pemain bersaing ingin mendapatkan tempat seharusnya tidak hanya individu yang ditampilkan menonjol, kemampuan memberi asis, dan membuka peluang adalah factor taktikal individu yang menjadi indicator pemain tersebut layak atau tidak.
3. Belum mampu mengontrol permainan.
Timnas bermain dengan penguasaan bola yang rendah, karena belum mampu menampilkan permainan secara tim, masih terlalu individual, sehingga sentuhan bola terutama saat melawaqn Barcelona sangat sedikit. Perlu ada pemain yang mampu mengontrol permainan secara tim. Ikbal Dwijangge sang kapten memang mampu mengorganisir barisan belakang, tapi tidak ada playmaker di Tengah. Mungkin Arkan Kaka bisa difungsikan di ujicoba berikutnya.
4. Lemah dalam antisipasi bola atas.
Tiga gol Barcelona semua dari bola atas, ditambah satu gol Kasima Antlers menjadi indicator kelemahan di bagian ini. Tinggi badan pemain belakang lumayan baik, tetapi setting dan organisasi pertahanan belum muncul.
Cara menempatkan posisi saat ada tendangan pojok tinggi, dan membaca bola kemana arangnya juga sangat lemah. Masih terlihat bengong, karena hanya terpaku dengan bola, tidak mengantisipasi lawan. Belum ada setting dan organisasi beratahan yang dipersiapkan, masih bermain dengan naluri.
5. Masih merasa underdog.
Mental underdog masih sangat terlihat. Melawan Barcelona hanya menunggu dan bermain zona marking. Belum berani pressure, sebagai sarat bahwa pemain di level yang sama, akibatnya timnas jadi kelelahan karena menit bertahannya terlalu lama. Kuncinya tingkat mental setara, supaya berani penguasaan bola dan pressure secara kolektif.
6. Belum menyerang secara kolektif.