"jangan hanaa,,, Lepaskan.. lepaskan". Teriak Syifa sambil memegang erat lembaran itu, ia berusaha agar Hana tidak bisa merebut dari tangannya.
      Namun apa dikata, kekuatan Hana lebih kuat dari pada kekuatan Syifa, mungkin kekuatan Syifa sudah terkuras oleh airmatanya, tulangnya telah melemah serta tak berdaya akan semua ini.
      "Ingat Syifa, aku adalah sahabatmu, aku berhak tau tentang ini". Ucap Hana dengan suara yang terdengar keras.
      Hana pun bergegas melihat apa yang tertulis pada lembaran yang digenggam erat oleh Syifa.
      Hana pun membuka lembaran tersebut...
      Benar saja, airmata Hana pun ikut terjatuh memandang lembaran itu. Tangisnya pecah tak tertahankan, langsung saja ia memeluk Syifa sahabat terdekatnya. Ia sangat tau perasaan Syifa setelah melihat lembaran itu.
      "Syifa.. Maafkan aku.. Maafkan aku yang salah menilaimu, pun andaikan aku sepertimu, sungguh aku tak sanggup melewati semua ini". Ucap Hana dengan pelukan erat sang sahabat.
      Begitulah seorang sahabat, ia saling mengerti saat sahabatnya dalam keadaan sedih. Bahkan ikut merasakan meski ia sendiri tidak mengalaminya.
      "kenapa kamu tidak memberitahu ini semua sebelumnya Syif?". Tanya Hana
      "Aku malu, Sungguh aku Malu tentang semua ini, dunia sudah tau tentang kisah ini, mengapa sekarang hanya menyisakan Luka". Jawab Syifa dengan airmata yang terus saja berjatuhan.
      "padahal seminggu lagi dia akan melamarku, katanya dia akan datang. Tapi apa yang tejadi, semuanya hanya melukiskan luka". Sambung Syifa.