Mohon tunggu...
jakaleksana
jakaleksana Mohon Tunggu... Penulis - T.U. Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya, Tukang Servis Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Penulis Novel Fizzo, Penulis Lirik Lagu.

Hobi saya berkutat di dunia kreativitas, khususnya dalam menulis dan menciptakan karya seni. Saya aktif menulis novel di platform Fizzo dengan nama pena Cinta di Antara Benua, tempat saya menuangkan imajinasi dan menghadirkan cerita-cerita yang menginspirasi para pembaca. Bagi saya, menulis adalah cara untuk menjelajahi berbagai dimensi kehidupan, karakter, dan emosi. Selain itu, saya juga memiliki minat mendalam dalam dunia musik. Saya suka menciptakan lirik lagu yang bermakna serta mengolah melodi menggunakan Suno AI. Proses ini tidak hanya menantang, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri ketika sebuah lagu berkembang dari ide sederhana menjadi karya yang utuh. Melalui kombinasi menulis novel dan menciptakan musik, saya merasa dapat mengekspresikan diri serta berbagi cerita dengan cara yang unik dan mendalam. Bagi saya, kreativitas adalah jembatan untuk menyentuh hati banyak orang. Selain sebagai penulis, saya juga bekerja di Tata Usaha Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya. Di samping itu, saya memiliki pekerjaan sampingan sebagai teknisi perbaikan peralatan listrik rumah tangga, termasuk AC rumahan, kulkas, serta berbagai alat elektronik lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Naga Purnama Bab 1: Pelarian di Lembah Hitam

1 Februari 2025   16:29 Diperbarui: 2 Februari 2025   02:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak Naga Purnama

KATALOG BUKU

  • Judul: Jejak Naga Purnama
  • Penulis: Cinta D.A. Benua
  • Genre: Silat, Petualangan, Fantasi
  • Jumlah Halaman: Masih dalam tahap penulisan (cerita bersambung)
  • Penerbit: Belum ada penerbit
  • Tahun Terbit: 2025
  • ISBN: Belum berlisensi
  • Harga: Belum ditentukan

Sinopsis

Raksa Adipura terpaksa meninggalkan gurunya, Ki Jagat Wulung, yang tewas demi melindungi Kitab Naga Purnama---sebuah kitab legendaris yang menyimpan rahasia jurus mematikan. Kini, Raksa menjadi target buruan para pendekar tamak dan aliran sesat yang ingin menguasai dunia persilatan.

Dalam pelariannya, Raksa menghadapi berbagai cobaan: pengkhianatan, ketakutan, dan rahasia besar tentang dirinya yang selama ini tersembunyi. Dengan warisan ilmu dari gurunya dan tekad baja, ia berusaha menjaga kitab tersebut agar tidak jatuh ke tangan yang salah.

Akankah Raksa berhasil menjalankan amanah terakhir gurunya? Ataukah ia justru akan terjebak dalam permainan kelam dunia persilatan?

Keunggulan Buku

Cerita penuh aksi dan intrik khas dunia persilatan
Perpaduan epik antara silat klasik dan fantasi
Karakter utama dengan perkembangan yang menarik
Mengusung nilai kesetiaan, keberanian, dan pencarian jati diri

Target Pembaca

Penggemar novel silat dan petualangan
Pencinta kisah penuh aksi dan strategi
Pembaca yang menyukai cerita dengan tokoh utama berkembang

Testimoni Pembaca

Belum ada testimoni.

Informasi Pemesanan

Belum ditentukan

(Catatan: Informasi mengenai jumlah halaman, penerbit, ISBN, dan harga dapat diperbarui setelah proses penulisan dan penerbitan selesai.)

Prolog

Kabut tebal menyelimuti puncak Gunung Purnama. Hembusan angin malam membawa aroma tanah basah, sementara di sebuah pondok kayu, seorang lelaki tua terbaring lemah di atas dipan bambu. Wajahnya dipenuhi kerutan usia, tetapi sorot matanya tetap tajam dan penuh semangat meski napasnya tersengal.

"Raksa... dengarkan aku baik-baik," suaranya serak namun tegas, memecah kesunyian. "Kitab Naga Purnama... tidak boleh jatuh ke tangan yang salah."

Di sampingnya, seorang pemuda bernama Raksa Adipura mengepalkan tangannya. "Guru, jangan bicara seperti itu! Aku akan menyelamatkanmu!"

Namun, Ki Jagat Wulung, sang pendekar kawakan yang dijuluki Pendekar Seribu Akal, hanya menggeleng pelan. "Waktuku sudah tiba, Raksa. Tapi kamu... perjalananmu baru saja dimulai."

Ki Jagat Wulung pernah menjadi pendekar terhebat di dunia persilatan. Keahliannya dalam berbagai jurus langka tak tertandingi, dan yang paling ditakuti adalah Tapak Naga Purnama, pukulan mematikan yang hanya diwariskan kepada murid terpilih. Dulu, dia adalah penjaga Kitab Naga Purnama, kitab legendaris yang berisi rahasia jurus-jurus dahsyat. Setelah menyaksikan pertumpahan darah akibat perebutan kitab itu, Ki Jagat Wulung memilih untuk menyembunyikannya dan hidup sebagai pertapa.

Selama bertahun-tahun, ia melatih Raksa, seorang anak yatim piatu yang ditemukannya di hutan. Meski Raksa bukan murid terbaik dari segi teknik, hatinya yang tulus dan keberanian yang tak tergoyahkan membuat Ki Jagat Wulung percaya bahwa ia adalah pewaris yang layak. Di tengah ancaman dari berbagai pihak yang mengincar kitab itu, Raksa dipersiapkan untuk menghadapi bahaya besar yang akan datang.

Di tengah kebisuan malam, langkah kaki terdengar mendekat dari luar pondok.

"Mereka sudah datang," bisik Ki Jagat Wulung. "Bawa wasiat ini... dan jangan biarkan mereka mendapatkannya." Dengan tangan gemetar, ia menyerahkan gulungan kain kepada Raksa.

Sebelum Raksa bisa merespons, pintu pondok dihantam keras hingga terbelah. Bayangan-bayangan hitam menyerbu masuk, mengepung mereka. Tanpa waktu untuk berpikir, Raksa menggenggam erat gulungan itu dan melesat keluar, meninggalkan gurunya yang terbaring tak berdaya.

Gambar Sampul Novel Jejak Naga Purnama
Gambar Sampul Novel Jejak Naga Purnama

Bab 1: Pelarian di Lembah Hitam

Hujan turun rintik-rintik, menyelimuti hutan lebat dalam kabut yang semakin menebal. Raksa berlari sekuat tenaga, jantungnya berdentum cepat seirama dengan langkah kakinya yang menghantam tanah basah. Napasnya memburu, dadanya naik-turun, tetapi ia tak berani berhenti. Di genggamannya, selembar kain tua yang tergulung erat seolah menjadi nyawa keduanya. Wasiat terakhir gurunya---sesuatu yang tak boleh jatuh ke tangan musuh.

"Cepat! Dia tidak boleh lolos!" Suara berat seorang pria menggema, disertai derap langkah yang semakin mendekat.

Raksa melirik ke belakang. Bayangan hitam dari para pengejar berkelebat di antara pepohonan. Dua sosok muncul lebih dulu, pakaian gelap mereka menyatu dengan malam. Golok mereka berkilat tajam, memantulkan cahaya rembulan yang sesekali menembus celah dedaunan.

"Sudah habis waktumu, bocah!" salah satu dari mereka mengejek, menyeringai tajam.

Raksa merapatkan rahangnya. Keringat bercampur air hujan membasahi wajahnya. Tangannya menggenggam erat tongkat kayu yang selalu menemani perjalanannya. Ia tahu, melarikan diri tidak lagi menjadi pilihan. Bertarung adalah satu-satunya jalan.

"Mungkin aku bocah," katanya seraya mengangkat tongkatnya ke posisi bertahan. "Tapi aku bocah yang tak akan menyerah."

Tanpa aba-aba, lawannya menerjang, goloknya menyambar dari kanan. Raksa mengangkat tongkat, menangkis dengan kuat. Bunyi benturan senjata menggema di udara. Lawannya mundur sedikit, tetapi sebelum Raksa sempat menyerang balik, serangan berikutnya datang dari belakang.

Gambar Pelarian di Lembah Hitam
Gambar Pelarian di Lembah Hitam

Dengan refleks, Raksa merunduk, menghindari tebasan yang nyaris mengenai lehernya. Ia memutar tubuh, memanfaatkan tenaga sentrifugal untuk melayangkan pukulan ke arah lutut pengejarnya. Pukulan itu tepat sasaran. Pria itu mengerang kesakitan, jatuh berlutut.

Tapi belum sempat Raksa merayakan kemenangan kecilnya, musuh pertama sudah kembali menyerang. Goloknya melesat lurus ke arah dada Raksa.

Dengan lompatan cepat, Raksa menjejak pohon terdekat dan melayang ke atas, tangannya mencengkeram dahan. Ia menarik tubuhnya ke atas, kemudian melompat ke pohon berikutnya, terus bergerak seperti bayangan.

"Dia menuju jurang! Jangan biarkan dia kabur!"

Namun, terlambat. Raksa sudah sampai di bibir tebing. Di bawah sana, kabut tebal menyelimuti hutan liar. Tak ada jalan mundur.

Tanpa ragu, Raksa menarik napas panjang dan melompat ke dalam kehampaan. Angin malam menerpa wajahnya saat tubuhnya melesat turun. Cabang-cabang pohon menerpa tubuhnya, mencabik kulitnya, tetapi juga memperlambat jatuhnya. Dengan hantaman terakhir, ia terhempas ke tanah keras. Tubuhnya sakit luar biasa, tetapi ia masih hidup.

Di atas tebing, samar-samar terdengar suara para pengejarnya.

"Dia pasti mati. Tak ada yang bisa selamat dari lompatan itu."

Raksa menahan napas, menunggu sampai suara mereka menghilang. Setelah beberapa saat, ia mengerang pelan dan perlahan bangkit. Dari kejauhan, cahaya lentera berpendar lembut di tengah kabut. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju sumber cahaya itu, tanpa menyadari bahwa petualangannya baru saja dimulai.

Bersambung...Bab 2: Perkampungan Rahasia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun