Mohon tunggu...
jakaleksana
jakaleksana Mohon Tunggu... Penulis - T.U. Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya, Tukang Servis Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Penulis Novel Fizzo, Penulis Lirik Lagu.

Hobi saya berkutat di dunia kreativitas, khususnya dalam menulis dan menciptakan karya seni. Saya aktif menulis novel di platform Fizzo, tempat saya menuangkan imajinasi dan menghadirkan cerita-cerita yang menginspirasi para pembaca. Menulis bagi saya adalah cara untuk menjelajahi berbagai dimensi kehidupan, karakter, dan emosi. Selain itu, saya juga memiliki minat mendalam dalam dunia musik. Saya suka menciptakan lirik lagu yang bermakna dan mengolah melodi menggunakan Suno AI. Proses ini tidak hanya menantang, tetapi juga memberikan kepuasan saat melihat sebuah lagu terbentuk dari ide sederhana menjadi karya yang utuh. Melalui kombinasi menulis novel dan menciptakan musik, saya merasa dapat mengekspresikan diri dan berbagi cerita dengan cara yang unik dan mendalam. Bagi saya, kreativitas adalah jembatan untuk menyentuh hati banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Naga Purnama

1 Februari 2025   16:29 Diperbarui: 1 Februari 2025   16:29 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Sampul Novel Jejak Naga Purnama

Raksa melirik ke belakang. Bayangan hitam dari para pengejar berkelebat di antara pepohonan. Dua sosok muncul lebih dulu, pakaian gelap mereka menyatu dengan malam. Golok mereka berkilat tajam, memantulkan cahaya rembulan yang sesekali menembus celah dedaunan.

"Sudah habis waktumu, bocah!" salah satu dari mereka mengejek, menyeringai tajam.

Raksa merapatkan rahangnya. Keringat bercampur air hujan membasahi wajahnya. Tangannya menggenggam erat tongkat kayu yang selalu menemani perjalanannya. Ia tahu, melarikan diri tidak lagi menjadi pilihan. Bertarung adalah satu-satunya jalan.

"Mungkin aku bocah," katanya seraya mengangkat tongkatnya ke posisi bertahan. "Tapi aku bocah yang tak akan menyerah."

Tanpa aba-aba, lawannya menerjang, goloknya menyambar dari kanan. Raksa mengangkat tongkat, menangkis dengan kuat. Bunyi benturan senjata menggema di udara. Lawannya mundur sedikit, tetapi sebelum Raksa sempat menyerang balik, serangan berikutnya datang dari belakang.

Gambar Pelarian di Lembah Hitam
Gambar Pelarian di Lembah Hitam

Dengan refleks, Raksa merunduk, menghindari tebasan yang nyaris mengenai lehernya. Ia memutar tubuh, memanfaatkan tenaga sentrifugal untuk melayangkan pukulan ke arah lutut pengejarnya. Pukulan itu tepat sasaran. Pria itu mengerang kesakitan, jatuh berlutut.

Tapi belum sempat Raksa merayakan kemenangan kecilnya, musuh pertama sudah kembali menyerang. Goloknya melesat lurus ke arah dada Raksa.

Dengan lompatan cepat, Raksa menjejak pohon terdekat dan melayang ke atas, tangannya mencengkeram dahan. Ia menarik tubuhnya ke atas, kemudian melompat ke pohon berikutnya, terus bergerak seperti bayangan.

"Dia menuju jurang! Jangan biarkan dia kabur!"

Namun, terlambat. Raksa sudah sampai di bibir tebing. Di bawah sana, kabut tebal menyelimuti hutan liar. Tak ada jalan mundur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun