Tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan penerbangan domestik di Indonesia melibatkan berbagai pemangku kepentingan:
Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri aviasi.
Maskapai penerbangan sebagai operator yang menyediakan layanan transportasi udara.
Investor swasta dan BUMN dalam penyediaan modal untuk ekspansi armada atau pendirian maskapai baru.
Operator bandara dan penyedia layanan navigasi udara yang mendukung kelancaran operasional penerbangan.
Dengan demikian, penyelesaian tantangan ini harus melibatkan sinergi antara pemerintah, swasta, dan regulator penerbangan.
Peran Pemerintah: Menambah Armada atau Mengundang Maskapai Baru?
Jika pemerintah ingin berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan 750 pesawat, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Menambah Armada Maskapai Milik Pemerintah (Garuda Indonesia dan Citilink) guna meningkatkan kapasitas penerbangan domestik.
Memberikan Insentif kepada Maskapai Swasta agar dapat mempercepat ekspansi armada mereka melalui kebijakan fiskal, seperti pajak impor pesawat yang lebih rendah atau kemudahan pembiayaan.
Mengundang Maskapai Baru, Termasuk Maskapai Asing, untuk beroperasi di Indonesia dengan syarat tetap mengikuti regulasi dalam negeri.
Mendukung Pembiayaan melalui Lembaga Keuangan Negara agar maskapai memiliki akses ke kredit berbunga rendah untuk menambah armada.
Strategi yang optimal adalah kombinasi dari berbagai pendekatan di atas, dengan tetap mengutamakan keberlanjutan industri penerbangan nasional.
Apakah Penambahan Armada atau Maskapai Dapat Mengoreksi Harga Tiket?
Dalam teori ekonomi, ketika kapasitas kursi (penawaran) meningkat dan sesuai dengan permintaan, harga tiket seharusnya terkoreksi secara alami. Namun, beberapa faktor lain juga berpengaruh:
Biaya Operasional Maskapai, seperti bahan bakar, pajak, dan biaya bandara, tetap menjadi faktor utama dalam menentukan harga tiket.
Kesehatan Finansial Maskapai, jika maskapai masih dalam kondisi keuangan yang sulit, harga tiket bisa tetap tinggi untuk menutupi kerugian operasional.
Dinamika Permintaan-Penawaran di Rute Tertentu, beberapa rute mungkin tetap memiliki harga tinggi karena keterbatasan kapasitas bandara atau faktor geografis.
Oleh karena itu, selain menambah pesawat, pemerintah juga harus memastikan kebijakan aviasi yang mendukung efisiensi dan kompetisi sehat agar harga tiket tetap terjangkau.
Peran 750 Pesawat dalam Rute Domestik
Apakah 750 pesawat ini hanya untuk rute yang sudah ada atau juga untuk menambah rute baru? Pertimbangan utama meliputi:
Memenuhi Permintaan Rute Eksisting, terutama rute dengan load factor tinggi yang saat ini masih kekurangan kapasitas.
Membuka Rute Baru ke Daerah 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) untuk meningkatkan konektivitas nasional dan pemerataan ekonomi.
Mendukung Logistik Udara, terutama untuk distribusi barang dan produk ke wilayah yang sulit dijangkau melalui transportasi darat atau laut.
Kesimpulan
Dalam menghadapi kekurangan 300+ pesawat, solusi terbaik adalah kombinasi dari penambahan armada maskapai yang sudah ada dan masuknya maskapai baru dengan model bisnis inovatif. Pemerintah harus berperan aktif dengan memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung agar ekspansi ini berjalan lancar. Selain itu, perlu strategi yang komprehensif agar kapasitas penerbangan yang meningkat juga dapat menekan harga tiket dan memperluas konektivitas nasional secara adil.
#aviasi #artikel aviasi #kompasianerair #komair #ulasaviasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI