2.NAMA
Secara lahir pengenalan diri selaras dengan indentitas yang tercatat dalam catatan sipil pemerintahan dalam bentuk KTP(Kartu Tanda Penduduk) atau Akte Kelahiran sebagai bukti siapa diri anda.
Nama yang tertulis dalam KTP adalah pengenal terhadap diri anda,dan nama inilah yang akan melekat selamanya sampai anda memasuki alam akhirat,karna itu kita harus bersyukur bahwa orangtua telah memberikan nama sebagai pengenal diri kita.
Dalam hadist Rasulullah menganjurkan untuk membaguskan nama-nama panggilan untuk diri.
Dari Abu Dardaa’, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka baguskanlah nama-nama kalian” [ HR. Abu Dawud , Ad-Daarimiy, Al-Baihaqi ].
Mengapa Nama merupakan salah satu cara untuk mengenal diri?
Sebab didalam nama itu mengandung sifat dan Af'al yang menunjukkan karakter perilaku diri.
Dan dengan nama itulah kita bisa dikenali oleh orang lain,dan dengan nama itu pula bisa membuat seseorang menjadi wangi/harum pada sifat dan perilakunya,yang bisa dikenang sepanjang masa,walaupun dia sudah meninggal beribu-ribu tahun yang lalu.
Peribahasa mengatakan,"Harimau mati meninggalkan belang,sedangkan manusia mati meninggalkan NAMA".
Didalam nama juga melahirkan sifat dan menghidupkan rasa cinta terhadap diri sendiri dan sesama,oleh karena itu apabila "tak kenal maka tak akan sayang, apabila tak sayang maka tak akan cinta, dan apabila tak cinta maka tak akan mau saling mengasihi."
Dan mungkinkah kita bisa mengenal diri apabila tidak mencintai diri sendiri?
Mungkinkah kita bisa mencintai orang lain apabila tidak diawali dengan mencintai diri sendiri?
3.KESADARAN
Setelah kita memahami cermin dan nama,langkah selanjutnya adalah kesadaran (Sadar diri). Didalam kesadaran akan menumbuhkan berbagai macam ilmu pengetahuan secara lahir dan bathin,serta perilaku pada kebaikan untuk menuju kesempurnaan dan pengenalan diri yang sejati.
Kesadaran diri meliputi pemahaman wilayah bathin dan bersifat kasyaf yang akan muncul seiring perjalanannya dalam ketaqwa'an.