Koherensitas antardomain Kompetensi Inti
Dalam perspective para guru selama ini------dan merupakan pandangan serta pengalaman yang sangat mapan di kalangan semua guru di negeri ini---kompetensi inti pada domain ke-3 dan ke-4 bukan saja bukan hal baru tetapi juga telah sangat akrab dipahami kualitas-kualitas konsepnya. Selain telah menjadi orientasi praksis dari proses pembelajaran kompetensi inti ke-3 dan ke-4 juga merupakan kompetensi dasar yang kualitas-kualitas konsep pencapaiannya telah banyak digunakan di kurikulum sebelumnya. Justru yang menjadi pertanyaan besar adalah problem koherensitas antara kompetensi inti ke-3 dan ke-3 terhadap kompetensi inti ke-1 dan ke-2. Disinilah titik krusial sekaligus sangat strategis dari jatidiri kurikulum 2013 dibanding dengan kurikulum sebelumnya.
Kompetensi inti ke-1 Â lebih bermakna sebagai domain spiritual-transenden : sebuah kesadaran atas eksistensi serta kemahabesaran Tuhan sebagai pencipta alam semesta yang menjadi objek pembembelajaran. Sementara pada domain kompetensi inti ke-2 lebih bermakna aktualisasi Tatanilai dengan sejumlah karakter mulya sebagai pembentuk karakter pribadi keberadaban manusia. Lalu bagiamana koherensitas antara kompetensi ke-3 dan ke 4 terhadap kompetensi ke-2 dan ke-1?
Penulis berpendapat, jika dilihat dalam perspective filsafat ilmu koherensitas antara domain kompetensi di atas justru menjadi keniscayaan atas konsep tritunggal aspek filsafat ilmu yaitu ontologis, epistemologis serta aksiologis.  Dalam perspective  epistemologis kompetensi inti domain ke-3 dan ke-4 merupakan kompetensi-kompetensi yang membangun kontruksi proses berilmu-pengetahuan secara prosederuran dan komprehensif. Sementara pada domain kompetensi ke-1 dan ke-2 lebih merupakan coverage area aspek aksiologis dan ontologis. Maka, bila menggunakan perspective filosofis ini tentu tidaklah sulit memahami bangunan struktur kurikulum 2013.
Jembatan penghubungnya adalah terletak pada proses pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran reflektif, yakni pembelajaran yang memberikan kesadaran-kesadaran atas keniscayaan dan pentingnya karakter-karakter pembentuk keberadaban manusia. Refleksi yang paling ultimate adalah refleksi atas eksistensi pencipta :  Tuhan Yang Kuasa. Tentu saja pembelajaran reflektif ini sangat kental dengan kecukupan reasoning dan prinsip-prinsip logika berpikir. Refleksi yang lebih mengedepankan penalaran logis serta keniscayaan rasional. ##wallahu’alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H