Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Halusinasi - Pelangi Pucat Pasi bagian 15

25 Januari 2017   08:02 Diperbarui: 25 Januari 2017   08:30 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi sampai sekarang pun aku tidak tahu mau jadi apa? Hidupku terasa membosankan. Aku juga tidak mempunyai siapa-siapa di Jakarta. Aku tidak memiliki seseorang yang benar-benar bisa menjadi teman, bahkan untuk bisa memahamiku.

Kecuali dia. Seseorang yang kutemukan di dunia maya di situs yang mirip dengan facebook. Identitas orang itu pun sebenarnya tidak jelas. Tapi itu tidak penting bagiku karena kurasa, hanya dia yang bisa memahamiku dan…. aku juga bisa mengerti kegelisahan-kegelisahannya.

Meski kami tak pernah  kontak fisik, tapi kami seperti memiliki hubungan batin yang dalam, yang mungkin tidak bisa dipahami oleh orang lain.

“ Hooi…, ngelamun aja Lu!  Ntar kesambet, Lu.” Teriak  Abel dari mejanya.

“ Gue ngantuk banget,nih!! Bel, semalem gue nggak  bisa tidur,” kataku

“ Kerjaan lu tuh, selesaiin dulu,” timpalnya.

“ Komik gue udah kelar buat sebulan, udah ada di file gue.” Sambungku.

Ahh…, ngantuk banget. Kusandarkan kepalaku di meja dan aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Tertidur mengarungi dunia mimpi yang lebih indah dari mimpi malamku. Begitu bangun, kulihat Abel  sudah tidak ada di mejanya. Hanya ada dua wartawan dan satu editor yang masih asyik dengan pekerjaanya.

Line telepon di mejaku berdering, begitu kuangkat tak ada jawaban… mati. Kulihat jam di tanganku menunjukan pukul satu dini hari. Busyet deh, sudah berapa jam aku tertidur?

Malas sekali rasanya pulang. Ah malam ini, biarlah aku tidur di kantor saja. Saat aku mulai beranjak dari tempat duduk,  line telepon di mejaku kembali berdering. Tidak hanya itu, semua line telepon di ruangan itu tiba-tiba, satu persatu berdering. Suaranya aneh hingga membuat bulu kudukku bergidik. Belum hilang rasa kagetku, semua lampu di ruangan itu mati, sesaat kemudian menyala kembali.

“Ada apa ini..?” Tanya Nani ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun